Menulis, merupakan salah satu proses yang tidak mudah. Memerlukan pemikiran dan juga pengetahuan yang memadai untuk menjadikan sebuah tulisan itu bermutu. Bahkan tidak jarang, menulis itu harus menunggu datangnya mood terlebih dahulu untuk melakukannya.. Setidaknya itu yang masih saya alami saat ini untuk menulis. Beruntunglah bahwa kita dikaruniai talenta dan kemauan untuk menuliskan apa yang ada di kepala kita. Entah itu menuliskan ide, gagasan, pemikiran, uneg-uneg, curhat, cerita, bahkan reportase semuanya butuh keterampilan dan pemikiran yang tidak sederhana. Saya sendiri kadang masih merasa sulit untuk memunculkan keterampilan tersebut ketika tidak ada mood. Keterampilan itu adalah keterampilan merangkai kata-kata sehingga menjadi bermakna. Di era millenium ini, kita harus lebih banyak bersyukur karena teknologi telah mendukung kita untuk lebih mudah dalam menulis. Perangkat yang kita gunakan saat ini sudah jauh lebih memudahkan kita untuk menuangkan ide-ide yang ada di otak kita. Coba tanya penulis senior Pipiet Senja yang harus kapalan jari tangannya karena memijit-mijit si denok, sebuah mesin tik manual yang menemani hari-hari menulisnya, atau penulis senior lainnya yang pernah merasakan era mesin tik untuk menuliskan reportasenya. Lebih mudah mana, hari ini atau masa-masa ketika mesin tik berjaya? Bahkan kini, di era internet ini, kita lebih mudah untuk mempublikasikan tulisan kita. Tidak perlu mengiba-iba kepada redaksi sebuah majalah atau surat kabar jika tulisan kita ingin dibaca orang. Cukup saja kita memiliki komputer dan koneksi internet, kita sudah bisa membuat blog dan mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca orang lain.
Kompasiana, sebagai salah satu media blog berbasis sosial merupakan salah satu ruangan terbuka yang bisa kita gunakan untuk menuangkan ide-ide yang kita miliki. Banyak pembaca di sini yang bisa bertukar pikiran dengan ide yang kita punya.
***
Beberapa hari ini, kompasiana beriklan. Menurut saya itu wajar-wajar saja untuk memperkenalkan blog ini kepada media khalayak yang masih belum begitu mengenal dunia internet. Iklan tersebut adalah upaya dari tim pengelola untuk meraih pembaca dan penulis yang lebih banyak sehingga isi tulisan di media ini semakin beragam dan semakin lengkap. Apakah dengan beriklan tersebut, lantas kompasiana Cuma jadi jago kandang? Apakah dengan beriklan, kompasiana sebenarnya ingin menjaring orang-orang yang disebut hebat oleh sebagian kalangan hanya karena keberuntungan mereka memiliki nama yang sering di ekspose media?? Hmmm, pemikiran yang dangkal jika kita terbersit seperti itu.
Kompasiana adalah sebuah blog yang mungkin isinya adalah orang yang mengaku biasa-biasa saja saat ini. Namun bukan tidak mungkin suatu saat akan lahir generasi hebat yang kini sedang tergabung dalam wadah bernama kompasiana ini. Lantas kenapa kita harus tidak percaya diri dan menyebut diri jago kandang hanya karena sedikit saja orang-orang yang punya nama yang bergabung disini? Ah, terlalu minder menurut saya jika kita menyebut blog yang menurut saya isinya adalah orang-orang luar biasa ini, sebagai jago kandang semata. Dan itu adalah sebuah perwujudan yang tidak menghargai sesama yang mengecilkan arti para penulis/calon penulis di kompasiana ini. Berbicara tentang orang hebat, sebenarnya siapa sih yang menurut kita hebat itu? Apakah benar orang-orang yang sudah ternama itu hebat? Menurut saya, orang hebat itu adalah orang biasa yang memiliki potensi luar biasa tidak pernah memproklamirkan diri bahwa dia adalah luar biasa. Yang luar biasa itu adalah orang yang menjadi biasa saat harus biasa, dan mengakui dirinya biasa dengan bersahaja. Selalu merasa biasa namun pengakuan orang lah yang menjadikan dia luar biasa…. Jadi apakah kita masih menganggap blog ini kumpulan orang-orang tak penting? Dari kaki gunung manangel. 28 Januari 2010 HS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H