Mohon tunggu...
Hadi Samsul
Hadi Samsul Mohon Tunggu... Administrasi - Civil servant

HS Bandung Kompasianer “heubeul” , angkatan 2008

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kompasiana, Sebuah Catatan untuk Tahun Ketiga

22 Oktober 2011   00:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:39 11958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_143068" align="aligncenter" width="448" caption="Doc. Pribadi"][/caption]

Hari ini, dua tahun yang lalu, saya menghadiri acara ulang tahun kompasiana untuk pertama kali. tidak banyak yang saya kenal waktu itu karena memang saya datang dengan status anggota baru, setelah menjadi silent reader selama beberapa bulan. Acara yang digelar di cikini pada hari kamis malam itu berlangsung hangat penuh kekeluargaan.

Saya tak mengira, dari perhelatan kekeluaragaan itu, kompasiana kini menjelma sebagai social blog dengan jumlah anggota mencapai puluhan ribu. Saya masih ingat waktu itu, Taufik Miharja, yang menggelari dirinya dengan sebutan “super admin” memberikan tantangan untuk Kang Pepih dkk selaku admin alias pengelola kompasiana untuk membesarkan blog besutan kompas grup ini. Pak Taufik menantang para admin dan kompasianer untuk menaikan peringkat kompasiana.

Tak sampai setahun setelahnya, kompasiana tiba-tiba membesar menjadi sebuah blog yang diperhitungkan. Banyak penghargaan yang diperoleh blog ini. Jumlah pengunjung meningkat, jumlah penulis yang turut berkontribusipun menanjak.

Demi memperkenalkan kompasiana ke khalayak publik, satu demi satu kompetisi menulispun digelar pihak Kompasiana. Hadiah bernilai jutaanpun ibarat magnet yang menyedot para narablog untuk membuka akun di sini. Hasilnya, bisa dilihat sekarang, kompasiana makin dipenuhi penulis-penulis baru yang memiliki kapabilitas bagus.

Patah tumbuh hilang berganti

Mungkin itulah perumpamaan yang tepat menggambarkan keberadaan kompasianer di kompasiana. Dari awal saya bergabung, saya mengenal sedikit dari generasi tahun pertama kompasiana. Nama-nama seperti Linda Djalil, Wijaya Kusumah, Eko Eshape, dan Wisnu Nugroho, serta kompasianer bernama unik, G,  adalah nama-nama yang masih bertahan dari kompasianer yang bergabung dari tahun nol kompasiana hingga sekarang.

Padahal waktu itu masih banyak penulis-penulis lainnya yang kini jarang saya lihat menayangkan tulisannya di sini. Sebut saja Prayitno Ramelan, Chappy Hakim, Masim Vavai, Andriani Effendi, Nurfransa Wirasakti, dsb. Entah saya yang memang jarang berkeliaran di sini akhir-akhir ini, atau memang mas-mas dan mbak-mbak tersebut yang jarang. Saya tidak tahu karena memang saat ini saya tidak bisa memantau tulisan teman-teman di sini mengingat trafik lalu lintas update tulisan sangat cepat sekali. Yang saya tahu, Pak Pray (Prayitno Ramelan) memang sangat sibuk, beliau sering tampil sebagai narasumber talkshow, serta sudah membuka blog sendiri di www.ramalanintelijen.net.

Saya sendiri mungkin masuk ke generasi tahun kedua. Dimana saya baru berani muncul pasca ultah pertama tersebut.Teman-teman yang satu angkatan sama saya sebut saja Mariska Lubis, Andy Syoekri Amal, Inge, Wawan Supriadi, Tantri Pranashinta, Cech gentong, Syam, Jimmo, Kit Rose, Yayat, Suri, Ary Amhir,Winda Krisnadefa (orangnya protes tadi, hihihi) dan lainnya.

Seperti halnya generasi tahun pertama, teman-teman seangkatan sayapun sekarang banyak yang sudah menarik diri dari kompasiana. Entah karena kesibukan masing-masing, atau ada alasan khusus yang membuat mereka tak nyaman lagi. Yang jelas, yang masih bertahan hingga saat ini (setau saya) hanyalah Yayat, Suri, dan beberapa teman lainnya yang hadir di tahun kedua seperti Dina Sulistyaningtyas, Deasy Maria, Erik Gafar, dsb. hehehe…. (eksis ya bo? Xixixi)

Dan sekarang, saya menyebutnya generasi tahun ketiga, Sebut saja penulis-penulis seperti Julianto Simanjuntak, Ella Zulaeha, Johan Wahyudi, dll. Sedang menikmati masa-masa menyenangkan di kompasiana.

Namun demikian, meskipun banyak penulis handal yang mundur, kompasiana tetap bertahan. Meskipun ada beberapa yang mulai inaktif, namun setiap hari selalu muncul narablog baru yang membuka akun dan bergabung di kompasiana ini. hal inilah yang membuat kompasiana terus bertahan hingga sekarang. Sebuah simbiosis yang menguntungkan. Kompasiana bisa bertahan, para penulis memperoleh wadah untuk menuangkan ide-idenya.

Adapun saya, saat ini saya jarang menulis dan menayangkan tulisan di kompasiana. Saya kembali menikmati peran saya sebagai silent reader yang sesekali memberi komentar. Saya lebih banyak bermain di blog saya sendiri. TentangKB.com.

Kompasiana melahirkan komunitas

Ya, itu adalah salah satu yang tidak luput dari pengamatan saya selama tiga tahun. Pada awal terbentuknya blog ini, mungkin kompasiana adalah satu-satunya komunitas yang mempersatukan banyak kepala di dalamnya. Banyak ide bermunculan, namun tetap satu wadah, Kompasiana.

Namun seiring membanjirnya penghuni kompasiana, bermunculanlah komunitas-komunitas baru. Sebut saja Negeri Ngotjoleria yang berimajinasi sebagai sebuah kerajaan penuh humor dan kekeluargaan. Selain NN, belakangan muncul komunitas lainnya. Desa Rangkat, Planet Kenthir, bahkan 8 penulis perempuan yang tergabung dalam wadah kampungfiksi pun sebagian diperkenalkan dan direkatkan media ini.

Komunitas didalam komunitas? Saya rasa tidak. Kompasiana sudah bukan lagi komunitas, melainkan sudah seperti suatu wadah besar yang dihuni banyak orang. Apa namanya ya? Jujur saya lupa istilahnya.

Dinamika kompasiana

Selama tiga tahun saya bergabung, saya mengamati dinamika yang luar biasa. Selain hilang-munculnya penulis, dinamika lainnya adalah isi tulisan kompasianer. Banyak yang mengundang reaksi mulai dari keterbacaan hingga diskusi yang tak berujung. Tak perlulah saya sebut satu persatu, yang jelas saya lihat sebuah tulisan dan diskusi yang terjadi, berefek pada trafik kompasiana.

Selain dinamika-dinamika tersebut, ada juga upaya dari para pengelola untuk terus menaikan traffic kompasiana dengan lomba-lomba yang berhadiah menggiurkan. Salah satunya lomba ngeblog 100 menit. Saya bisa katakana lomba tersebut kurang berhasil dan mengecewakan para pesertanya. Bagaimana tidak kecewa, pada saat yang ditunggu-tunggu, kompasiana malah hang. Tidak bisa diakses. Entah servernya kebobolan karena saking banyaknya pengakses yang berlomba menaikan tulisannya, atau ada hal teknis lainnya yang membuat kompasiana hang. Namun berkat kegagalan tersebut, para pengelola belajar untuk membuat kompetisi yang lebih baik lagi. Sudah terbukti ketika lomba blog tahun baru lalu, kompasiana damai-damai saja bisa diakses dengan baik.

Bahkan baru-baru ini, istilah citizen dan hybrid journalism ramai dibicarakan antara kompasianer dan admin.

Dinamika lainnya? Silahkan anda tambahkan di kolom komentar. Sudah hampir dua lembar nih tulisan saya. nanti kepanjangan, malah bikin bosan.

Akhir kalam, saya ucapkan selamat ulang tahun yang ketiga untuk kompasiana , 22 oktober 2008- 22 oktober 2011. Semoga semakin kreatif.(HS)

Kakimanangel, 22102011

Catatan tahun ke dua, saya publish di sini (bagian 1), sini (bagian 2), dan sini (bagian 3), serta sini (bagian 4).

[caption id="attachment_143069" align="aligncenter" width="516" caption="suasana Ultah Kompasiana ke dua di MU cafe, 27 november 2010 (doc.pribadi)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun