[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="meminjam ilustrasi dari http://www.buttonsoundbook.com"][/caption]
Saya tahu, di antara para pembaca di sini masih banyak yang menyukai tayangan kartun Spongebob Squarepants, termasuk saya sendiri. Kartun yang menceritakan kehidupan bawah laut namun penuh dengan satire dan sindiran konyol akan kehidupan manusia di atasnya. Seperti episode yang saya saksikan tadi pagi bersama keponakan saya, Fathan, melalui salah satu stasiun TV yang mengudara bebas tanpa harus berlangganan.
Meskipun sudah diceritakan berulang-ulang, namun tetap saja keponakan saya tak bisa lepas dari tontonan tersebut. Mau tidak mau ketika saya sarapan pun, saya ikut menonton ulang tayangan yang entah ke berapa puluh kali diputar itu.
Episode ini menceritakan spongebob yang berulah dengan memindahkan seluruh kegiatan hariannya ke restoran milik Mr.Krabs. Hal ini dipicu karena Spongebob terlambat datang bekerja, sehingga ia memohon agar Mr. Krebs tidak memecatnya. Padahal Spongebob hanya terlambat satu menit.
“Enam puluh detik penuh.” Demikian salah satu dialog yang mengungkapkan betapa kecewanya spongebob terhadap dirinya sendiri yang telah telat. Dan akibatnya, Mr.Krebs mengizinkan spongebob untuk tinggal di restoran miliknya.
Oke, Cuma itu yang bisa saya ceritakan. Cerita selanjutnya pasti anda sudah tahu seperti apa karena episode ini sudah berpuluh kali tayang ulang.
-hs-
Melihat tayangan itu saya merasa sedikit tersindir, betapa ketika orang Indonesia punya janji dengan seseorang, terkadang menyengajakan sedikit terlambat dari waktu yang telah ditentukan.
Hal ini sudah sering saya alami, termasuk dalam acara-acara rapat, pertemuan, bahkan janjian untuk sesuatu, acara yang sudah dijadwalkan bisa melenceng lebih lama dari waktu yang ditentukan. Hal ini akhirnya memunculkan istilah sindiran tersendiri. Jam karet, ngaret, molor, bahkan beberapa diantaranya membuat arti baru untuk kepanjangan dari WIB sebagai waktu Indonesia banget (dalam istilah bahasa Indonesia), Atau waktu iraha bae (waktu kapan saja – basa sunda).
Sedikit cerita tentang disiplin waktu. Agaknya bukan saya saja yang tidak berdisiplin waktu, kebanyakan dari anda pun sama. Saya punya cerita tentang hal ini. Beberapa waktu lalu saya janjian dengan seseorang untuk pergi bareng ke salah satu tempat pertemuan, namun orang tersebut datang sangat terlambat sekali. Tadinya saya mau tinggalkan karena terlambat keterlaluan, namun di sisi lain saya merasa kasihan, jadilah saya menunggu. Walhasil kami berdua sama-sama terlambat ke tempat pertemuan tersebut dan disambut dengan tatapan tidak menyenangkan dari teman-teman yang sudah hadir lebih awal.
Sebenarnya jika kita mau sedikit berusaha keras untuk tepat waktu, kita akan bisa melaksanakannya. Prinsip saya, lebih baik menunggu daripada ditunggu, telah menjadi motivasi tersendiri untuk mengusahakan diri agar tidak terlambat hadir di tempat pertemuan apapun.
Usaha keras seperti apa yang bisa anda lakukan agar tidak terlambat?
Gampang,yang harus anda lakukan adalah anda harus bisa memprediksikan waktu perjalanan dari tempat anda start ke tempat pertemuan tersebut. Saya kadang menyisipkan waktu tambahan jika seandainya terjadi macet. Dengan begitu saya akan datang lebih dulu ketimbang orang lain yang punya janji dengan saya. Kecuali ada force majeur, itu lain cerita.
Kedua, cobalah anda posisikan sebagai orang yang sedang ditunggu. Bayangkan betapa kesalnya orang yang menunggu kita. Dengan begitu kesadaran untuk datang tepat waktu akan muncul.
Ketiga adalah harus cerdas membagi waktu. Ini yang belum saya bisa, namun dengan sedikit berlatih memprediksi waktu dan jarak, saya setidaknya bisa membagi waktu agar tidak terlalu terlambat menghadiri sesuatu yang sudah saya janjikan.
Sebagai pekerja di lapangan, saya dituntut untuk berada di beberapa tempat dalam satu hari. Dan alhamdulillah, saya bisa melaksanakannya.
Saya jadi ingat cerita A. Fuadi dalam novel Negeri 5 Menara bahwa yang namanya terlambat tetaplah terlambat. Dan pagi ini kartun spongebob juga menceritakan hal yang sama. Spongebob agaknya dia telah menyindir kita bahwa yang namanya telat tetaplah telat. Terlambat satu menit, satu jam, satu hari, tetaplah terlambat. Dan akan ada konsekuensi yang kita terima atas keterlambatan yang kita lakukan.
Jadi, menurut anda mending mana, lebih baik menunggu, atau lebih baik ditunggu tapi pada akhirnya dicemooh dan diberi stigma sebagai miss atau mister lambreta, hehehe…. (HS)
kakimanangel,21022011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H