Mohon tunggu...
Hadi Samsul
Hadi Samsul Mohon Tunggu... PNS -

HS try to be Humble and Smart

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Saya dan Jalan Batu

21 Januari 2010   12:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:20 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membuka kompasiana halaman muka, mata saya tertuju pada sebuah kolom yakni topik pilihan. Sehari setelah Adjie Massaid menurunkan topik tentang transportasi darat, serta merta tim admin kompasiana membuat topik pilihan berjudul transportasi darat. Saya pun tergerak untuk berkontribusi, setidaknya memberi tahukan bahwa kondisi jalanan daerah yang tidak begitu jauh dari Jakarta pun masih mengkhawatirkan, melalui sebuah cerita saya.

Ini adalah pengalaman saya semasa tugas di salah satu kecamatan di pelosok Cianjur Selatan. Sekilas tentang Cianjur, mungkin yang teman-teman tahu, Cianjur itu jaraknya hanya sepelemparan batu saja dari Jakarta. Bisa ditempuh dalam 2,5 jam perjalanan (jika tidak macet di puncak). Namun, saya sendiri terkejut manakala awal dinas ditempatkan di ujung selatan Cianjur, ternyata Cianjur itu luasnya (mungkin) 2 atau 3 kali luas ibukota. Silahkan lihat di google map, lalu bandingkan antara Cianjur, Sukabumi, dan Jakarta.

Cerita ini sudah saya muat di blog pribadi saya, dan saya edit untuk saya naikkan kesini:

Adalah Leles, sebuah kecamatan nunjauh di ujung selatan sebuah Kabupaten di  Jawa Barat yang bernama Cianjur. Berjarak tempuh sekitar 125 km dari pusat pemerintahan Cianjur, tempat ini merupakan sebuah kecamatan pemekaran dari kecamatan induknya yang bernama Agrabinta (yang sering diplesetkan menjadi Argentina-saking jauhnya dari Cianjur hehehe). Untuk mencapai tempat ini diperlukan nyali yang besar dan tenaga yang ekstra kuat.

Awalnya masih takjub dengan pemandangan yang saya lihat, hamparan luas tegalan alang-alang, alur sungai cibuni yang meliuk-liuk yang saya lihat dari ketinggian gunung bengbreng, hamparan pesawahan, dan pemandangan alami lainnya yang tidak mungkin saya lihat di kota membuat saya melupakan permukaan jalan yang tidak rata. Eksotik. Jalan yang dilalui pun sepi. Hanya satu dua rumah penduduk yang saya lalui, sisanya adalah kebun karet, hutan jati, dan hutan yang kelihatannya memang sudah lama tumbuh diwilayah itu. Hampir menunjukkan adzan duhur, saya memasuki desa pertama kecamatan leles tersebut, namanya desa Mandalawangi. Disini keluhan saya, yang akhirnya menjadi keluhan khas ketika harus bertugas ke Leles, mulai muncul. “Duh.. ini jalan kok gak ada habisnya.. jelek banget!!! Wajar kalo disebut susukan saat (sungai kering). Kok orang-orang betah ya tinggal disini?” demikian cerocos saya yang tidak terungkap alias hanya dalam hati. Disebut susukan saat karena jika musim penghujan tiba, jalan ini berubah menjadi semacam sungai dangkal dengan air yang mengalir searah jalan. [caption id="attachment_58279" align="aligncenter" width="300" caption="salah satu jalan yang harus saya lalui, lihat permukaannya. dan dulu, saya melaluinya sekitar 30km foto: dok.pribadi."][/caption] Hingga tiba di suatu daerah bernama Tangkil. Dari Tangkil inilah petualangan sejati saya dimulai. Saya harus menuruni turunan curam bersisi tebing disebelah kiri dan jurang disebelah kanan dengan permukaan jalan yang lagi-lagi, batu. Ngeri!Akhirnya, keluhan-keluhan kembali keluar dari mulut saya bercampur dengan dzikir menyebut nama-Nya karena takut melihat jurang yang dalam. Tidak terbayang bukan?!?!? Sabar!!! Hanya kata itu yang akhirnya menjadi kata penguat saya untuk tiba dilokasi kecamatan Leles. Hampir menjelang magrib saya tiba di mess kecamatan Leles. Artinya hampir seharian saya berada dijalanan. Berangkat dari rumah pukul 6 pagi, dan tiba di tempat tujuan hampir pukul 6 sore.(HS) berikut adalah foto-foto yang berhasil saya jepret melalui camera phonecell  saya: [caption id="attachment_58282" align="aligncenter" width="300" caption="Lihat dengan seksama permukaan jalannya- foto:dok.pribadi"][/caption] [caption id="attachment_58284" align="aligncenter" width="225" caption="Turunan curam dengan permukaan tidak rata, sisi kiri adalah jurang - foto:dok.pribadi"][/caption] [caption id="attachment_58287" align="aligncenter" width="300" caption="eksotik bukan? foto:dok.pribadi"][/caption] [caption id="attachment_58288" align="aligncenter" width="300" caption="Moda Transportasi darat menuju Cianjur selatan-foto: dok. Pribadi"][/caption] Cerita lengkapnya ada disini, disini, dan disini. sebagai bonus, saya tampilkan pula eksotisme alam Cianjur dalam kumpulan gambar yang saya videokan di youtube, asli buatan saya lho hehehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun