Mohon tunggu...
Hadi Samsul
Hadi Samsul Mohon Tunggu... PNS -

HS try to be Humble and Smart

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Miss Congeniality Kompasiana

1 Desember 2009   13:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:07 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sebuah kado istimewa untuk teman baru saya, yang hari ini berulang tahun!

Apa yang berasal dari hati, diterima oleh hati

***

Perkembangan pesat dunia teknologi telah membawa dampak yang luar biasa. Internet, sebagai bagian dari kemajuan pesat teknologi informasi telah membawa kita pada sebuah gaya hidup yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Apa yang ditampilkan teknologi internet, sepertinya memberikan kemudahan untuk kita. Tengok saja, fasilitas search engine seperti google atau search engine yahoo, hanya dengan mengetikan keyword atau kata kunci yang ingin anda cari, maka berjuta informasi akan segera hadir hanya dalam hitungan detik. Seiring dengan makin berkembangnya internet, maka kehidupan di dunia maya pun makin berkembang. Mulai dari hal-hal negatif, berupa situs porno, hingga hal-hal positif seperti komunitas-komunitas penghobi, Milist (Mailing list), hingga blog hadir meramaikan jagat dunia maya. Saya ingin sedikit menyoroti tentang komunitas-komunitas yang terbentuk di dunia maya. Bagi saya, komunitas ini adalah salah satu bentuk perwujudan nyata di dunia maya. Masyarakat Bulutangkis Indonesia, atau MBI, adalah salah satu contohnya. Di forum milist ini, semua orang penghobi dan pemerhati bulutangkis berkumpul. Diskusi mengenai bulutangkis, mulai dari atlet hingga kejuaraan-kejuaraan internasional, nasional, dan lokal, dibahas tuntas. Begitupun dengan komunitas-komunitas lainnya, mulai dari komunitas perempuan yang bertubuh subur, pencinta kuliner, komunitas gay, komunitas lesbian, hingga komunitas penulis hadir menyemarakkan jagat dunia maya. Kita tinggal pilah dan pilih mana yang mau kita jadikan tempat bersosialisasi di dunia maya ini. Kompasiana, sebagai salah satu komunitas bagi orang-orang yang senang membaca dan menulis, juga merupakan salah satu pelakon komunitas di dunia maya ini. Mulai dari pejabat, mantan pejabat, hingga rakyat (ada mantan rakyat nggak sih?) mengisi dan menyemarakkan forum yang dibentuk kurang lebih satu tahun yang lalu.

***

Mencermati tulisan-tulisan di kompasiana, telah membawa saya pada sebuah perubahan positif untuk memanfaatkan media internet ini sebagai media maya sekaligus nyata untuk belajar, mencari ilmu, menimba pengetahuan dan membina pertemanan. Lengkap rasanya!!! Meskipun, kadang, di forum tersebut selalu ada konflik yang menuai pro dan kontra, namun disinilah saya ‘ditempa’ untuk menjadi seseorang yang memiliki pemikiran lebih dewasa. Belajar dari pengalaman, belajar dari kesalahan, dan belajar ke masa depan. Di media ini, saya menemukan banyak ragam karakter, dan itu menunjukkan bahwa semua penghuni kompasiana ini adalah sosok manusia yang juga memiliki sisi humanis sama seperti saya. Upaya kompasiana untuk lebih membumi, telah ditunjukkan dengan adanya pemisahan kategori tulisan. Mulai dari edukasi, filsafat, sosial budaya, hingga humor telah mempermudah saya untuk membaca tulisan mana yang saya ingin baca terlebih dahulu. O iya, khusus di rubrik (atau kolom ya?) hiburan, sudah mulai berkembang humor-humor ngocol (alias lucu-lucuan) yang membuat saya tertawa segar ketika membacanya. Humor yang diberi nama Kisah Inge di Negeri Ngotjoleria, telah menjadi daya tarik dan ciri khas tersendiri. Penokohan Inge, diinspirasi oleh seorang Kompasianer (sebutan bagi anggota kompasiana) yang bergabung sekitar akhir bulan oktober 2009. Inge yang menginspirasi para kompasianer ini, saat ini sedang bermukim di negeri Ratu Elizabeth. Saya mencermati, Inge sang Inspirator ngocol ini tidak pernah marah-marah ketika dirinya dijadikan tokoh di negeri ngotjoleria yang di gagas oleh seorang wartawan senior Andy Syoekry Amal (Asa). Mungkin karena Inge tahu dan sadar betul bahwa karakter tersebut dibuat lelucon memang hanya untuk hiburan semata. Sebuah sikap yang ‘enjoy aja’ kelihatannya. Ketenangan Inge dalam menyikapi sikap humor teman-temannya ini, telah berhasil menyatukan perbedaan jarak antara anggota kompasiana kedalam sebuah tali silaturahmi pertemanan dan persahabatan yang (mungkin) kokoh. Kenapa saya menyebutkan kata mungkin? Karena, bagi saya sebuah persahabatan itu hanya akan dijawab oleh waktu. Seleksi alam dari sebuah pertemanan yang sekian banyak, akan menghasilkan sebuah persahabatan yang utuh dan kokoh. [caption id="attachment_32045" align="alignnone" width="114" caption="Ilustrasi - Miss Congeniality Kompasiana- sumber: Clip art komputer saya :)"][/caption] Apa yang telah Inge lakukan, telah memberikan inspirasi bagi banyak orang, termasuk saya. “Marilah kita belajar menilai orang lain dari hatinya, bukan dari fisiknya… “ adalah sebuah kata-kata (yang bagi saya) dahsyat, untuk membina pertemanan dan persahabatan. Apa yang Inge sampaikan selama bergabung di kompasiana, menurut saya adalah murni dari hati. Tidak ada yang dibuat-buat, dan diterima oleh teman-teman lainnya sebagai bentuk ketulusan persahabatan. Inge tidak pernah segan menyapa terlebih dahulu kepada teman-teman yang baru ia kenal, sehingga tidak heran ketika dia berulang tahun, ucapan pun mengalir deras. Apa yang berasal dari hati, akan diterima pula oleh hati!!! Sebagai seorang teman baru, saya menyematkan gelar Duta Persahabatan Kompasiana untuk Inge Dudul. Mudah-mudahan, teman-teman kompasianer yang lain menyetujuinya.

Cianjur, 1 Desember 2009 (HS)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun