Senjaku begitu indah hari ini,
kelopak mata yang terhias anggun,
tatapan melesat ke dalam mataku,
senyum yang tak pernah pahit
secepat kilat mengajakku berimajinasi dan
menabuh genderang yang cukup keras disanubari.
Senjaku tak pernah berubah dan bergeser.
Ia tetap memberiku harapan dan untuk sebuah kata rindu,,,,
Tebasan angin menyadarkanku dari lamunan,
aku langsung beranjak dan mengabadikan sang senja sore itu digital sanubari,
kilauan awan disekeliling memberi penghias yang serasi.
“senja jangan engkau pernah terkontaminasi kepulan-kepulan polusi yang menjadi virus kota ini.” harapku
Aku masih tak beranjak dari bawah pohon keres, ah kopiku masih hangat.segera aku sruput dan menyalahkan korek api untuk menyulut rokok yang sudah dari tadi berada ditengah-tengah ruas jari kasarku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H