Mohon tunggu...
hadisawamura
hadisawamura Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenyam Pendidikan S2 atau Sertifikasi?

1 Juni 2016   11:49 Diperbarui: 1 Juni 2016   12:00 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

well, ... Pertayaan ini seringkali muncul ke siapa aja, termasuk ke diri saya ditengah tengah 7 tahun bekerja sebagai karyawan. Lalu, untuk menjawab pertanyaan gampang ini saja saya perlu waktu bertahun tahun, tanya kesana kesini, ke dia, ke mereka, dll. 

Sebenernya yang saya alami sejauh ini, predikat lulusan S2 tidak terlalu menjadi persoalan ketika ditempat kerja kita sekarang maupun ketika kita hendak mencari pekerjaan lain, dalam hal nego Gaji or Karir. Tetapi kenapa pilihan ini menjadi sangat prinsipil mengganggu pikiran kita terus, apalagi disaat teman teman kita "mengenyam" title tersebut di akhir nama lengkapnya. Walaupun ya secara karir maupun "penghasilan" kita sedikit tidak kalah bersaing.

katakanlah.. Ok, kita berencana melanjutkan dan memiliki cukup "resource" untuk melanjutkan. Lalu muncul pertanyaan lagi, mau S2 atau Sertifikasi? kan sekarang kalau bicara title dibelakang nama bisa title S2 atau title spesialisasi melalui sertifikasi yang didapat. 

nah, konon menurut sang atasan ditempat kerja, atau menurut big boss pemilik perusahaan. Yang mereka butuhkan adalah "karyawan yang loyal, mampu, tahu, mau belajar, passion yang kuat, dan integritas. Makin bingung lagi tuh, ada kata "mampu" dan ada kata "mau belajar", jadi sebenarnya well educated and good exposure or willing to learn??

Penafsiran saya sendiri, based on a long journey, memang dalam peningkatan karir tidak melulu dibutuhkan level pendidikan tinggi, apalagi start di garis yang sama ya, yaitu ketika fresh grade. Karena karir itu berjalan seiring challenge yang diberikan ke kita selama bekerja, dan cara atau result yang berhasil kita buktikan atas kinerja kita. Sehingga perusahaan secara objectif, dan sedikit subjectif menilai dari itu. Dan pada level inilah berlaku kata"willing to learn" karena dengan memiliki semangat itu, passion yang kuat dan pembuktian atas kinerja kita, Perusahaan melihat potensi yang luar biasa dari diri kita, sehingga mereka mau mempercayakan jabatan ke kita. sekali lagi terlepas apakah kita S1, S2, S3 atau S4.. eh...

Tentunya salary atau penghasilan akan mengikuti Jabatan yang kita emban. Jadi memang benar, diawal awal jangan mikir gaji dulu tapi mikir challenge apa yang diberikan ke kita dan cara kita melaksanakannya dan membuktikannya. lalu, next challenge lagi, jabatan, dan gaji...  

nah, sebagai generasi "y" pasti kita ada titik jenuh/bosan, dengan tantangan tantangan yang telah dikasih ke kita, apalagi yang "berhasil" kita capai. then.. kita akan merasakan yang namanya "dilemma" untuk lanjut atau pindah. Dan ini akan menjadi awal segalanya, bahwa kita akan benar benar masuk dalam dunia "bekerja". seperti kata orang, second company is the real challenger. Ketika kita akan memutuskan untuk pindah, baru kita akan menyadari bahwa disini yang namanya exposure, kematangan, cara berfikir, dan karakter akan menentukan "harga jual" kita, sekali lagi belum sepenuhnya bergantung pada title s1, atau s lainnya.

Perusahaan baru akan menghargai kita dari hal hal diatas, termasuk posisi yang ditawarkan ke kita. Walaupun sebenarnya kebanyakan posisi akan minimal sama dengan posisi terakhir ditempat lama. 

Kematangan tingkat berfikir, karakter, dan exposure tersebut dihasilkan dari tempaan tempaan challenge yang sudah kita dapat sebelumnya. sehingga kita siap dan tidak gentar menghadapi serangkaian proses penerimaan ditempat baru bahkan ketika kita harus mengajukan "harga Jual" kita.

Lalu, dimana strata level tadi diperlukan? atau kata well educated tadi diperlukan? yaitu ketika kita masuk di perusahaan berikutnya dengan status "experience hire" maka kita akan "dianggap" mampu dan tahu oleh rekan rekan baru kita. Disini tingkat kematangan sangat diperlukan sekali dan exposure, dengan asumsi... sekali lagi dengan asumsi... nature business atau bagian di perusahaan baru sama atau hampir sama dengan nature dan bagian ditempat lama. Sehingga kita tinggal menjalankan sesuai dengan experience kita. Tapi kalau kita dihadapkan dengan perusahaan baru, yang berbeda, yang lebih besar, yang profesional.. well... kita akan merasakan yang namanya "jiper". 

Dan moment  itulah diperlukan pendidikan, spesialisasi, pembekalan diri, tidak hanya kematangan, exposure dan mau belajar saja.Tingkat kepercayaan diri kita akan sangat bergantung pada apa yang namanya strata title dibelakang nama itu (ya walaupun banyak orang yang cuek). Atas hal itulah baru muncul, bahwa pendidikan itu masih penting, melengkapi pengalaman dan exposure di tingkat tertentu dalam karir ditempat baru (dibaca harus utuh dalam satu kalimat).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun