Mohon tunggu...
Hadi Ningrat
Hadi Ningrat Mohon Tunggu... Administrasi - Heritage, Psikologi, sosial, Budaya

Urip mung mampir ngumbe (karo mangan)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Nikah Itu Murah, Yang Mahal Gengsinya

6 Maret 2014   03:37 Diperbarui: 25 Juli 2018   05:17 2097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (kompas.com)

Sore tadi saya bertemu sahabat karib saya tiyo, kami berteman semenjak sama-sama kuliah di salah satu PTN di Kota Blangkon. Entah hal apa yang membuat kami tiba-tiba sangat akrab, bahkan persahabatan kami berubah seperti saudara. kadang kalau saya butuh-butuh bantuan entah itu bantuan tenaga atau pinjaman uang saya sering minjam uang ke dia, demikian juga sebaliknya kalau dia sedang kepepet butuh uang dia pun minjem uang ke saya. 

Meskipun sama-sama masuk kuliah di tahun yang sama, tapi kami keluar di tahun yang berbeda. Dia selesai satu tahun lebih cepat daripada saya, hal ini kemudian berdampak ke beberapa hal. 

Diantaranya dia lebih dulu bekerja dan meniti karir, sementara saya masih berkutat dengan aktivitas kuliah. Barulah setelah selesai kuliah saya bekerja. Posisi kami saat ini dalam hal karir bisa dikatakan setara, dia kerja saya juga sudah bekerja. Satu hal yang dia sudah capai dan saya belum capai, yakni pada aspek pernikahan. Dia sudah beristri sementara saya hingga kini masih jomblo. Hehe...

Sore itu dia memang sengaja datang ke kontrakan saya untuk ngambil handphone yang telah selesai saya reparasi. Iseng-iseng saya nanya ke sahabat saya tiyo itu, “bro kemaren ente nikahan habis berapa?” dia jawab “ya sekitar 30an lah bro”, “30 itu dari ente doang apa udah sama ortu bro?” saya balik nanya. dengan panjang lebar dia menjelaskan dengan sabar. “Jadi gini loh bro, namanya nikah itu kita butuh nyiapin beberapa hal. Yang pertama mas kawin. 

Mas kawin itu macem-macem bro isinya, kalo gue sih kemaren bawa emas 20gr, 1gr harganya 500rb, jadi semua 10jt. Terus ada pula aneka makanan khas daerah yang dibikin parsel, nah itu habis 5jt. terus baju untuk mempelai putri, kemaren habis 500rb. Untung calon istri gue nggak minta maskawin yang macem2, cukup seperangkat alat sholat aja cukup.

Jadi total untuk mas kawin habis 15,5jt. terus untuk uang tunai saja, gue mbawa 10jt. dan biaya lain-lain sekitar 10jtan. Jadi gue sendiri habis sekitar 35an lah. Oh ya ortu gue sendiri habis 35an juga. Untuk katering 10jt, dekorasi manten 8jt, baju-bajuan 2jt, terus transport 5jt. lain-lain 10an bro. jadi total gue sama ortu 70an lah bro. Untungnya lagi gue gak perlu nambahin bea hajatan mempelai putri. Coba kalo harus nambahin bea hajatan istriku itu, wah bisa bengkak tuh”. 

Mendengar penuturan sahabat karib saya itu, saya jadi mikir. Ternyata ongkos yang dikeluarkan untuk sebuah resepsi pernikahan itu cukup besar. Padahal  angka 70jt itu terbilang biasa dan rata-rata, belum resepsi yang level lumayan apalagi level mewah ala artis dan anak pejabat. Kalo dicermati, kebanyakan beaya yang dikeluarkan adalah untuk selebrasi saja. Acara-acara yang kurang pokok namun justru menyedot dana besar.  

Padahal kalo menurut sunnah rasul, intisari atau substansi pernikahan adalah ijab qabul dan walimah sederhana dan tidak perlu mengeluarkan bea untuk acara-acara lain yang menyedot dana besar. 

Konsep pernikahan ala rasul adalah mempermudah para pemuda yang ingin menikah namun kondisi finansial pas-pasan bahkan mendekati kurang. Hal ini dipraktekan oleh sahabat saya lainnya bernama harry yang baru saja menikah beberapa pekan lalu. Dana yang dikeluarkan untuk prosesi pernikahannya nggak ada 10jt. katering cukup 3jt, dekorasi cukup 2jt, mas kawin cukup 4 juta. Lain-lain sekitar 1jutaan.

Oh ya, harry tidak mengadakan resepsi di rumah sendiri, resepsi pernikahan di langsungkan satu kali yakni di rumah membelai putri sehingga ada beberapa pengeluaran yang diampu berdua.

Dari resepsi pernikahan teman-teman, saya belajar beberapa hal. Bahwa pengeluaran untuk walimahan itu bisa disiasati agar tidak keluar banyak dana. Sebenarnya pernikahan itu murah, yang membuat mahal adalah gengsinya, kadang hanya karna ingin dibilang ‘wah’ orang rela merogoh gocek dalam-dalam untuk membuat pesta pernikahan agar nampak mewah dan meriah. Habis walimah, barulah dia menyesal telah mengeluarkan uang banyak untuk selebrasi sesaat. 

Belum lagi kalo ternyata uang tersebut didapat dengan cara ngutang, selesai resepsi bukannya bersenang-senang dengan istri malah pusing mikirin bagaimana cara mengembalikan hutangan. 

Resepsi pernikahan seharusnya bersandar atas dasar butuh, bukan karena ingin. Kebutuhan yang disertai dengan kemampuan tentunya. Kita mungkin butuh dekorasi yang agak nyaman karena banyaknya tamu yang hadir di acara walimahan kita, atau kita butuh beberapa menu makanan yang variatif disertai mengundang singer untuk menghibur para tamu yang sedang menyantap hidangan walimah. 

Itu boleh-boleh saja, akan tetapi tetap mempertimbangkan kemampuan kita, kalau memang finansial kita cukup untuk memback-up itu semua, mungkin tidak jadi masalah, namun kalau memang tidak mampu lebih baik jangan dipaksakan. 

Dan dari itu semua, sebenarnya yang terpenting dari pernikahan bukanlah resepsi dan perayaannya, melainkan kehidupan setelah menikah. Ingat, pernikahan tidak hanya berhenti sampai pada resepsi saja. Setelah resepsi segala kebutuhan akan mengejar anda. Karena memang anda saat itu tidak hidup sendiri, melainkan sudah ada anak orang yang wajib anda nafkahi lahir batinnya. Jadi bijaklah dalam bersikap. Semoga resepsi pernikahan anda diberi kemudahan, kelancaran dan keberkahan. Aamiin

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun