Mohon tunggu...
Hadi Rahman
Hadi Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa Psikologi. Juara 1 Cerpen Pekan Seni Mahasiswa Nasional XVII UNJ Jakarta dan Juara 1 Cerpen Pekan Seni Mahasiswa Daerah Provinsi Kalimantan Timur.

Saya seorang penulis, pembaca, dan seniman yang sering membuat karya melalui keadaan sekitar. Entah tentang kondisi sosial, politik, budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memang Kita Perang Melawan Siapa?

17 Maret 2025   20:24 Diperbarui: 17 Maret 2025   20:24 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Makanan harus disimpan. Kita harus berhemat kalau ingin bertahan selama mungkin."

Kapital Seno berbicara dengan wibawa seorang pemimpin besar. Matanya tajam, suaranya berat, seolah setiap kata yang keluar adalah hukum yang tak terbantahkan.

Cungkring, Popol, dan Hamsyah mengangguk. Mereka bertiga adalah yang tersisa dari perang besar melawan Kubu Pancaindera. Kata Kapital Seno, perang ini demi keadilan. Demi padi dan kapas. Demi rakyat yang sudah terlalu lama hanya bisa menatap kosong simbol kosong.

Maka mereka mulai berhemat.

Hari ini, mereka makan setengah piring. Besoknya, jatah dikurangi menjadi seperempat.

Cungkring mulai lemah. Lengannya sebesar pensil, kakinya sebesar lidi. Matanya cekung, wajahnya pasi. Tubuhnya merintih, meminta makan. Bahkan berpikir pun ia tak mampu---otaknya hanya sibuk mendukung perutnya yang kosong.

Popol berbeda. Kumisnya semakin tebal, bajunya semakin rapi. Pergelangan tangannya kini dihiasi Rolex yang katanya langsung dari Swiss. Perutnya tidak mengempis, justru semakin maju, seperti drum rum dari Belgia.

Sementara itu, Hamsyah hanya bisa menghela napas.

Hiburan tak ada, buku-buku dibakar untuk menghangatkan tubuh, lukisan tak lagi terlihat karena ia melukis dalam gelap. Kapital Seno berkata ini pengorbanan. "Jika kita ingin menang, kita harus berkorban."

Maka mereka bertahan.

Seminggu berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun