Mohon tunggu...
Tsamin.  H
Tsamin. H Mohon Tunggu... Guru - Penulis Amatir

lets write our new story

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ini Minggu Derbi yang Berdarah

2 Oktober 2022   17:15 Diperbarui: 2 Oktober 2022   17:19 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah pertanyaan yang mendasari peristiea dari kedua derbi di atas, Apakah rivalitas derbi itu berbeda dengan derbi yang lain ? jawabannya jelas berbeda. Kedua derbi tersebut masing – masing memiliki sejarah yang berbeda dan tingkat fanatik yang berbeda. 

Jika Arema melawan Persebaya di kandang selama 23 tahun selalu menang dan baru pertama kali kalah malam itu, maka rasa kecewa yang mendalam menjadi rasa yang pertama kali menghantui para Aremania. 

Tetapi bukan berarti derbi antara Evos dan RRQ tidak memiliki sejarah, jelas saja mereka punya sejarahnya mulai dari MPL Season pertama, Final M1, apalagi pada pertandingan saat ini Evos perlu kemenangan untuk mengamankan tiket play off. Dan para Evos Farm sangat menginginkan Evos tampil di play off. 

Dari sejarah tersebutlah timbul rasa fanatik yang sangat keras, dan terkesan akan membela apa yang terjadi hingga titik darah penghabisan untuk kubu tercinta.

Tetapi satu hal yang harus digaris bawahi, kenapa peritiwa itu harus terjadi ? kenapa ? jika ada yang jawab takdir, maka percayalah. Orang itu bukanlah suporter sejati. 

Jika ada yang jawab mungkin suporter sepak bola itu orang dewasa dan suporter esport itu kebanyakan bocah. Maka itu jawaban yang keliru. Seharunya yang dewasa mengerti arti sportifitas dan respect dibandingkan para bocah yang baru kemarin sore. 

Salah satu sebab kericuhan itu terjadi karena menganggap sepak bola itu lebih dari segalanya. Sehingga apa bila ada kekalahan maka dia berhak ikut andil untuk memperbaiki. 

Padahal kenyataan adalah sepak bola dan cabang olah raga lain bukan untuk merasa paling memiliki dan paling harus memperbaiki, tetapi sepak bola dan cabang olah raga lain adalah untuk menikmati pertandingan dan mempersatukan dua kubu. 

Bukan ajang gengsi merasa paling memiliki. Jika hari esok sepak bola dilarang di Indonesia, maka dengan apakah bangsa Indonesia dapat bersatu, duduk bersama, tanpa membedakan, saling menghormati dan saling menyemangati ?

Salam Respect, doa untuk para korban Kanjuruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun