Mohon tunggu...
Hadi Kusuma Widjaya
Hadi Kusuma Widjaya Mohon Tunggu... -

Saya hanya orang biasa yang bermimpi Indonesia akan hebattt suatu masa nanti.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Debat Capres I Tidak Bermutu

10 Juni 2014   17:51 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:25 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam acara debat Capres-Cawapres, Prabowo mempersilakan publik untuk mempertanyakan perihal hubungannya dengan atasannya selama di militer. Debat tersebut menjadi tidak bermutu karena tidak ada bukti dan analisis untuk mengelaborasi isu tersebut.

Maka dari itu, berikut disajikan fakta dan analisa psikoanalisinya:


  1. Jend TNI (Purn) Prof. Hendropriyono mengaku mengenal Prabowo sejak masih aktif sebagai anggota TNI karena Ia selalu menjadi atasan Prabowo.
  2. Hendropriyono menyatakan bahwa, "Hasil prakeswa (tes kesehatan perwira untuk naik jabatan) Prabowo itu G4, gila, bahkan mendekati skizofrenia!" Apakah hal ini benar? Bagaimana analisa psikologisnya?
  3. Bagaimana hubungan Prabowo dengan atasa juga tersirat dalam Keputusan Presiden RI No. 62/ABRI/1998.
  4. Surat tersebut mencantumkan bahwa Menteri Hankam/Pangab selaku atasan tertinggi Prabowo justru memberikan usulan kepada Presiden tentang pemberhentian Prabowo.
  5. Usulan tersebut dituliskan dalam butir “Memperhatikan” di Surat Menteri Hankam/Pangab No. R/811/P-03/15/38/Spers tanggal 18 November 1998.

    [caption id="" align="aligncenter" width="443" caption="Sumber: http://polhukam.kompasiana.com/politik/2014/06/01/ditandatangani-bj-habibie-untuk-prabowo-keppres-pemberhentian-atau-sk-pensiun-659036.html?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kanawp"][/caption]

  6. hubungan Prabowo dan atasannya juga diungkapkan oleh Dewan Kehormatan Perwira (DKP) melalui Surat Keputusan DKP Nomor: KEP/03/VIII/1998/DKP, tertanggal 21 Agustus 1998.
  7. Foto lengkap dokumen ada di http://indocropcircles.wordpress.com/2013/10/24/prabowo-dan-pergerakan-pasukan-liar-tragedi-1998/
  8. Pada intinya, DKP menyatakan dalam putusannya bahwa Prabowo dipecat karena sengaja salah menganalisa perintah atasannya, membangkang dengan tidak melaporkan tindakannya menculik aktivis, tidak mengacuhkan prosedur, sengaja kekuasaan tanpa mau melapor kepada atasan. Perilaku apakah ini?
  9. Dalam dunia psikologi, perilaku ini disebut sebagai perilaku menyimpang.
  10. Ronald A. Hordert berpendapat bahwa perilaku menyimpang adalah setiap tindakan yang melanggar keinginan-keinginan bersama sehingga dianggap menodai kepribadian kelompok yang akhirnya si pelaku dikenai sanksi
  11. Mengapa Prabowo berperilaku menyimpang?
  12. Sigmund Freud yang terkenal dengan teori psikoanalisisnya berpendapat bahwa perilaku menyimpang dapat terjadi pada diri seseorang apabila ia terlalu berlebihan, sehingga tidak terkontrol dan muncul bersamaan dengan superego, sementara dalam waktu yang bersamaan ego (rasio) tidak berhasil memberikan perimbangan.
  13. Sigmund Freud menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga bagian penting yang berupa id, ego, dan superego.
  14. Id adalah bagian ciri yang bersifat tidak sadar, naluriah, dan mudah terpengaruh oleh gerak hati.
  15. Ego adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional yang berfungsi sebagai penjaga pintu kepribadian.
  16. Superego adalah bagian diri yang telah mengabsorpsi (menyerap) nilai-nilai cultural yang berfungsi sebagai suara hati.
  17. Pendapat Freud ini berusaha mengatakan bahwa rasio Prabowo sudah tidak lagi mampu mengontrol emosinya.
  18. Bahkan menurut Freud, seorang pelaku penyimpangan senantiasa berusaha mencari kawan yang sama untuk bergaul bersama, dengan tujuan supaya mendapatkan “teman.
  19. Lama-kelamaan berkumpullah berbagai individu pelaku penyimpangan menjadi penyimpangan kelompok, akhirnya bermuara kepada penentangan terhadap norma masyarakat.
  20. Dampak yang ditimbulkan selain terhadap individu juga terhadap kelompok/ masyarakat.
  21. Teori Freud ini benar-benar terbukti karena dapat kita lihat teman-teman macam apa yang dikumpulkan Prabowo dalam koalisi gemuk-nya, yakni orang-orang yang ditengarai dan bahkan sudah tersangkut kasus korupsi.
  22. Saat Anda browsing cobalah ketik “korupsi” + nama-nama sahabat atau kader partai pendukung Prabowo. Misalnya Surya Dharma Ali, Hatta Rajasa, MS Kaban, Luthfi Hasan Ishaaq, Suswono, Ahmad Fathanah, atau Aburizal Bakrie.
  23. Peneliti dari UPI, Bagja Waluya, menyatakan bahwa tindak kejahatan dan tindak kekerasan seorang kadangkala hasil penularan seorang individu lain, sehingga tindak kejahatan akan muncul berkelompok dalam masyarakat.
  24. Contoh: seorang residivis dalam penjara akan mendapatkan kawan sesama penjahat, sehingga sekeluarnya dari penjara akan membentuk “kelompok penjahat, sehingga dalam masyarakat muncullah kriminalitas-kriminalitas baru.
  25. Bayangkan jika para penjahat kelas elit menjadi satu, maka apa yang akan terjadi pada bangsa Indonesia yang kaya ini. Perampokan sistemik!
  26. Sharing pengalaman dan sumber daya oleh para penjahat elit yang bersatu, akan menghasilkan cara-cara jahat yang makin canggih dan tidak terdeteksi, dan masyarakat akan terus dibodohi dan dibohongi.
  27. Robert K. Merton mengemukakan teori yang menjelaskan bahwa perilaku menyimpang itu merupakan penyimpangan melalui struktur sosial.
  28. Karena masyarakat merupakan struktur sosial, maka tindak penyimpangan pasti akan berdampak terhadap masyarakat yang akan mengganggu keseimbangan sosialnya.
  29. Apa dampaknya ke kehidupan sosial? Terganggunya keseimbangan sosial, di mana yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.
  30. Kesimpulannya, Prabowo dilihat dari kacamata ilmu psikologi memang memiliki ketidaknormalan.


Tak terbayangkan apa yang akan terjadi jika manusia yang tidak normal itu memegang kekuasaan yang begitu besar. Tugas kita adalah memilih capres yang terbaik untuk kebaikan bangsa ke depannya. Selamat memilih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun