"hal yang pasti selalu dilakukan perempuan adalah menunggu,
walaupun tidak ada keharusan melakukannya."
Â
disebuah taman, senja itu :
seorang pria sedanga asik membaca buku di sebuah bangku kayu berwarna hitam sebuah pohon rindang menaunginya
seorang perempuan bergaun merah berjalan gontai memasuki taman, dia sedang patah hati
tepat di tempat pria pembaca buku itu duduk dia berdiri tanpa sepatah kata, si pria memandanginya lalu menggeserkan duduknya sampai ke ujung kursi hitam itu, perempuan patah hati itu duduk lalu melemparkan senyum pada pria pembaca buku dan senyum mereka bersatu pada beberapa detik lalu pria pembaca buku itu kembali asik membaca bukunya dan perempuan patah hati asik menikmati patah hatinya.
seorang penjajak minuman bersepeda lewat. pria pembaca buku dan perempuan patah hati itu kompak memilih minum yang sama "TEH" sampai senja berganti malam tidak ada obrolan diantara mereka, padahal mereka meminum teh senja itu bukankah agar mereka bisa saling mengobrol?. mereka berpisah tanpa kata tapi mengisyaratkan untuk kembali lagi lain waktu
pada suatu senja seorang perempuan bergaun merah melangkah riang memasuki taman, ia tidak lagi sedang patah hati. menghampiri seorang pria pembaca buku yang sejak tadi menunggunya di kursi kayu berwarna hitam. perempuan itu berdiri tepat di tempat si pria pembaca buku dengan sebuah senyum paling indah. kali ini tidak hanya senyum mereka yang bersatu lebih dari itu. sekarang di tangan mereka ada secangkir teh, kali ini mereka mengobrol sambil sesekali tertawa. senja berganti malam, sebelum mereka berpisah si lelaki pembaca buku itu memberikan sebuah kertas, perempuan bergaun merah menerimanya lalu tersenyum sambil mengangguk. dan sejak saat itu hatinya di bawa pulang pria pembaca buku.
pada suatu senja pria pembaca buku dan perempuan bergaun merah itu duduk di taman secangkir teh ada di tangan mereka. tapi kali ini diam. pria pembaca buku sudah berhenti membaca buku kali ini dia akan pergi jauh untuk menulis sebuah buku. perempuan bergaun merah itu ingin menahan, tapi bukankah lebih indah ketika dia membiarkan prianya mewujudkan mimpinya. bukankah setiap langkah selalu berhak di beri kesempatan, dan setiap langkah selalu tau kemana dia akan kembali atas semua pencahariannya. kali ini dia memberi sebuah senyum penuh keyakinan pada pria yang sebentar lagi menulis sebuah buku, yang bisa jadi suatu hari nanti di persebahkan untuknya.
kini, setiap senja gadis bergaun merah duduk di kursi hitam itu sendiri. ditangannya ada secangkir kopi. katanya sebuah rindu sangat nikmat di larutkan dalam segelas kopi. dan di setiap dasar cangkir kopinya selalu di temukan senyum terbaik pria penulis buku.