pria penulis buku hanya sesekali datang dia terlalu sibuk dengan calon bukunya, setiap mereka bertemu secangkir teh tidak lagi berguna untuk sebuah obrolan. pria penulis buku lebih banyak diam dan menyandarkan kepalanya di bahu perempuan bergaun merah katanya dia terlalu lelah. hanya senyumnya yang mendamaikan yang mampu di persembahkan untuk prianya, sedangkan sejuta inginnya hanya menjadi miliknya yang terkadang di perdebatkan pada dirinya sendiri.
pada suatu senja rona bahagia perempuan bergaun merah berubah sendu ketika pria pembaca buku meminta untuk tidak menunggunya lagi di taman setiap senja. katanya menunggu tidak enak. dengan senyum yang di paksakan perempuan bergaun merah mengangguk meng-iya-kan walaupun dalam hatinya masih ingin menunggu.
setiap senja perempuan bergaun merah selalu datang di taman menunggu pria penulis buku, walaupun dia tau bahwa prianya tidak akan datang tapi dia sangat ingin menunggu. dalam setiap menunggu selalu saja ada pria-pria yang mencoba menarik perhatiannya, mereka selalu datang dan menawarkan apa yang sangat di inginkan oleh perempuan bergaun merah, yang tidak pernah diberikan oleh pria pembaca buku. tapi perempuan tidak goyah, dia harus tetap menunggu prianya, pria penulis buku.Â
Â
###
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI