Mohon tunggu...
Mister Hadi
Mister Hadi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bagi Anda yang tinggal di Bogor/Depok dan sekitarnya dan ingin belajar privat Bahasa Inggris dengan saya, hubungi : 08561802478 (call/WA)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nurmahmudi Bergaya Orba?

9 Oktober 2011   13:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:09 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak dapat dipungkiri dibawah kepemimpinan Nurmahmudi kota Depok berkembang sangat pesat. Salah satu gebrakan Nurmahmudi adalah program "betonisasi". Lihatlah jalan Margonda sekarang semakin lebar karena sisi kanan dan kirinya diperlebar dan dibeton. Walau ada beberapa orang yang kurang setuju pelebaran jalan Margonda yang mengorbankan pohon-pohon rindang, namun kebijakannya sangat bermanfaat mengurangi kemacetan jantung Kota Depok yang semakin berkembang. Dia juga berhasil membuat jembatan flyover yang melintasi rel kereta api Depok Baru yang super macet itu.

Sekarang Nurmahmudi memasuki periode 5 tahun kedua sebagai walikota Depok setelah memenangi Pemilukada satu tahun yang lalu. Program betonisasi juga masih terus berlanjut dibeberapa jalan-jalan di Kota Depok. Namun saya masih menjumpai beberapa  bagian jalan yang dibiarkan rusak, sementara bagian lainnya bagus. Saya ambil contoh jalan raya Citayam dari Jembatan Serong jalannya bagus karena dicor atau dibeton, yang dimulai dari pertigaan Pitara sampai gang menuju pesantren Qotrun Nada. Setelah itu jalannya berlobang dan rusak parah sampai kurang lebih 100 meter menjelang persimpangan ke komplek pertanian ke kanan, dan ke stasiun Citayam ke arah kiri. Maksud saya dipersimpangan itu jalanan mulai rusak lagi bahkan tidak ada penerangan di malam hari.

Tadinya saya amati mungkin belum gilirannya diperbaiki atau ditambal tapi setelah berlangsung berbulan-bulan tidak ada tanda-tanda perbaikan saya mulai curiga. Saya mencurigai adanya diskriminasi pembangunan di daerah-daerah tertentu. Dan teman saya yang tinggal di dekat situ Citayam yang jalananya parah pernah bilang : orang-orang sini pada gak milih Nurmahmudi sih kemaren..." Saya tidak tahu apakah benar atau hanya perasaannya saja tapi saya amati ada benarnya juga. Jalan yang sudah bagus dari arah Jembatan Serong ke arah Citayam dipersambungan tengah-tengah antara cor-coran yang cekung segera ditambal dengan aspal. Sementara jalanan yang jelas-jelas rusak parah tidak ada perbaikan berbulan-bulan. Jalanan yang rusak ini sangat berbahaya di musim hujan. Banyak kendaraan roda dua yang terperosok atau terpental karena lubang-lubang itu tertutup genangan air.

Saya jadi ingat jaman Orba dan Golkar dulu. Pemerintah Soeharto yang dimenangi Golkar melakukan pemetaan. Daerah mana saja yang hijau (yang dimenangi PPP), kuning (dimenangi Golkar) dan merah (dimenangi PDI (tanpa P)). Biasanya daerah-daerah kuninglah yang pembangunan insfrasturkturnya paling bagus dibanding daerah hijau atau merah. Para jurkam kuning biasanya mengancam ketika kampanye : kalau ingin daerahnya maju rakyat harus pilih golkar. Dan rakyat tak punya banyak pilihan. Apakah demikian juga dengan Nurmahmudi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun