Terus terang sejak pemilik metro TV mendirikan partai yang tadinya katanya cuma ormas saya hanya menyaksikan tiga acara di metro TV : Mario Teguh Golden Ways, Kick Andy dan Stand Up Comedy. Acara berita apapun yang ada di Metro saya tidak tonton karena sudah bisa 'ditebak' kemana muaranya. Bagi orang pemerintahan atau orang dari partai yang sedang berkuasa metro TV benar-benar 'musuh' buat mereka (saya bukan keduanya), tapi saya memang tidak suka pemilik media yang punya ambisi jadi presiden karena mereka menggunakan medianya untuk promosi gratis partai atau dirinya sendiri.
Dalam soal BBM tentu saja 'kebijakan' metro TV adalah menolak kenaikan BBM. Ini dapat terlihat dari running text yang pernah saya baca (kurang lebih) : "DPP Partai Nasdem menyatakan menolak kenaikan BBM". Kita tahulah ini partai lagi promosi sehingga menggunakan isu gonjang-ganjing BBM sebagai komoditi politik. Tapi yang menarik buat saya adalah pemilihan narasumber untuk mengomentari isu BBM. Metro TV hanya mengundang Kurtubi berkali-kali untuk program acara yang berbeda. Pertama dalam acara Sentilan Sentilun, kedua pada acara yang lebih malam (saya lupa nama programnya), terus yang ketiga pada acara pagi harinya di Metro Pagi. Mengapa Kurtubi? Karena dia kali ini mengkritisi pemerintah dengan rencana kenaikan BBM kali ini. Menurutnya pemerintah salah dalam perhitungan atau kalkulasi besarannya.
Mengapa Metro tidak mewancarai orang-orang sedang jadi idola publik saat ini (Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, Mahmud MD, dan Jokowi)? Ya karena mereka (kecuali Jokowi)Â 'berseberangan' dengan policy Metro yang menolak kenaikan harga BBM. Dalam wawancara dengan TV One tadi sore JK setuju jika harga BBM naik karena memang harga minyak dunia sudah naik tinggi, jika tidak dilakukan maka ada dua kemungkinan terburuk : Pertama pemerintah harus berhutang untuk subsidi BBM dan kedua subsidi untuk kesehatan, pendidikan dan infrastruktur akan dikurangi. Dahlan Iskan juga berpendapat agar pemerintah jangan ragu-ragu untuk menaikan harga BBM bersubsidi. Dia berpendapat agar kenaikan ini jangan ditunda-tunda untuk menyelamatkan kondisi keuangan negara (sumber).
Mahfud MD tentu saja bukan ahli ekonomi dan sejauh ini dia tidak mau berkomentar mengenai uji materi pasal 7 ayat 6a yang diajukan beberapa tokoh dari parpol oposisi yaitu PDI-P, Gerindra dan Hanura. Tapi saya yakin seandainya Mahmud MD posisinya sekarang adalah presiden dia tidak akan ragu-ragu untuk menaikan harga BBM. Satu lagi Jokowi yang sekarang sedang sibuk mempersiapkan kampanye menuju DKI 1. Dia pasti tahu bahwa kebijakan partainya adalah menentang kenaikan BBM. Wakilnya di Solo ikut demo anti kenaikan BBM dan sempat 'disemprot' mendagri. Kalau dari caranya yang pro-kaki lima dan pro-mobnas, seandanya dia jadi presiden saat ini pasti dia akan menaikan BBM tapi tidak untuk transportasi umum, sepeda motor dan nelayan. Dia ingin agar subsidi itu tepat sasaran.
Kesimpulannya : Metro TV mencoba ikut 'mengorbitkan' para calon presiden pilihan publik ini dengan sering menayangkan kegiatan atau statement-statemen mereka di berita dan program yang lain, namun untuk urusan BBM lebih baik cari ahlinya yang sejalan dengan kebijakan sang empunya walaupun narasumbernya itu lagi- itu lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H