Mohon tunggu...
Mister Hadi
Mister Hadi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bagi Anda yang tinggal di Bogor/Depok dan sekitarnya dan ingin belajar privat Bahasa Inggris dengan saya, hubungi : 08561802478 (call/WA)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bagaimana Ya Reaksi Politisi PDIP Dengan Pernyataan Jokowi?

6 Juni 2014   05:22 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:05 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baru saja saya membaca Kompas dotcom bahwa Jokowi akan menaikan harga BBM jika dia terpilih menjadi preseiden. Adalah hak setiap calon presiden untuk menyatakan apakah akan menaikan harga BBM atau tidak . Masalahnya adalah selama para politisi PDIPlah yang paling keras penolakannya jika pemerintah SBY berencana menaikan harga BBM. Saya ingin melihat bagaimana Rieke dan Muararar akan menjilat ludahnya sendiri. Saya juga akan melihat bagaimana nanti Ruhut Sitompul akan tertawa terbahak-bahak dengan kebijakan Jokowi itu. Juga mantan wakil menteri ESDM yang meninggal karena mendaki gunung (saya lupa namanya) yang pernah 'dibully' di acara ILC dulu, pasti di alam sana akan tertawa terbahak-bahak.

Saya pribadi tidak setuju dengan ide Jokowi tersebut walaupun secara teori masuk akal. Tidak ada bedanya dengan pemerintahan SBY, Jokowi berargumen bahwa subsidi untuk BBM tidak tepat sasaran. Persis seperti SBY bahwa subsidi bisa dialihkan untuk subsidi pupuk, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Tapi kenyataannya setiap harga BBM naik jumlah rakyat miskin bertambah. Daya beli rakyat jadi jadi semakin rendah. Biasanya mereka naik angkot bayar Rp. 2000,- sekarang harus bayar Rp. 3000,-, naik ojek sebelum BBM naik cuma Rp. 7000, sekarang menjadi 10.000,- yang akhirnya berimbas pada harga kebutuhan pokok. Maka walau teorinya untuk menyelematkan keuangan negara tetapi prakteknya membuat rakyat kecil makin sengsara.

Lalu bagaimana sebaiknya? Dulu sebenarnya saya setuju dengan usulan bahwa harga BBM (premium/bensin) tidak naik untuk sepeda motor dan angkutan umum. Ide itu menurut saya masuk akal karena sepeda motor kapasitas tangkinya paling banyak cuma 5 liter bisa untuk berhari-hari, begitu juga untuk angkutan umum bisa menghindari kenaikan ongkos angkutan yang akan memberatkan rakyat. Tapi ide itu tidak bisa diterapkan karena nanti di lapangan akan terjadi keributan dan penyeludupan karena perbedaan harga tadi. Padahal semua kita tahu bahwa ada sebagian orang Indonesia yang mempunyai kendaraan sampai 4 atau lebih dan mobil-mobil itu 'minum' premium tanpa rasa bersalah.

Dalam berita di Kompas dotcom itu Jokowi mengatakan : "Ini masalah efisiensi karena ada banyak kepentingan. Kenapa saya punya keberanian (menaikkan BBM)? Itu karena saya tidak tersandera kepentingan-kepentingan. Saya ini orang baru, orang baru," Mari kita sama-sama pahami ucapan Jokowi, "Saya tidak tersandera kepentingan-kepentingan" Betul! Saya setuju sekali. Tapi masalahnya kepentingan Jokowi adalah 'menyelamatkan' muka PDIP di hadapan rakyat karena selama ini partai ini mendapat 'credit' dari isu-isu kenaikan harga BBM yang digulirkan pemerintahan SBY. Jokowi harus 'menyelamatkan' muka ketua umumnya, muka Rieke, mukaMuararar, juga muka Kurtubi yang dari Nasdem yang sekarang berada di gerbongnya. Jangan sampai rakyat kecewa dan berkomentar : lepas dari mulut buaya masuk ke mulut harimau.

Sekarang begini saja, jika Jokowi gentle dengan ide menaikan harga BBM dan merasa tidak tersandera oleh kepentingan manapun, tolong sosialisasikan ide tersebut di kampanye-kampanye yang dihadiri oleh wong cilik. Kita akan lihat apakah rakyat akan bersimpati dengan ide tersebut atau sebaliknya, ini adalah  blunder yang harus dibuang. Sekali lagi ide ini jangan hanya dipaparkan di depan para ahli ekonomi dan para intelektual elit, tapi sosialisasikan di depan rakyat di pasar-pasar tradisional ketika dia blusukan. Masih ada waktu  tiga minggu lagi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun