Sinetron Catatan Hati Seorang Istri (CHSI) yang penayangannya dimulai pertengahan bulan puasa lalu ternyata masih tayang. Pada awal-awal episode aku sempat menyaksikan sinetron ini karena menurutku menarik dan ada nilai-nilai religiusnya. Kupikir sinetron ini adalah sinetron religi dalam rangka bulan Ramadhan dan akan selesai begitu bulan Ramadahan berakhir. Ternyata dengan berbagai cara pihak produser mencoba 'membodohi' pemirsanya dengan memperpanjang cerita yang seharusnya sudah tamat.
Sinetron ini sebenarnya sangat bagus diawal-awal episode karena menceritakan tentang problematika pasangan suami istri seperti perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga dan bagimana memperlakukkan anak. Juga ada solusinuya menurut ajaran Islam karena ada tokoh ustadnya dalam sinetron ini. Respon yang positif juga ditunjukkan oleh running text yang diposting oleh para pemirsanya melalui twitter. Umumnya para pemirsa (terutama ibu-ibu) salut dengan tokoh Hana yang diperankan oleh Dewi Sandra sebagai wanita yang tabah dan sabar dan membenci tokoh Karin yang diperankan oleh Cut Meyriska sebagai wanita penganggu suami orang.
Ada tiga permasalahan rumah tangga dalam sinetron ini yang diceritakan dalam tiga pasangan suami istri. Pertama pasangan Bram dan Hana, dimana Bram berselingkuh dengan Karin. Kedua pasangan Rudolf dan Anisa, dimana Rudolf terlalu pencemburu dan suka 'main tangan'. Ketiga pasangan Helmi dan Vina, dimana Helmi mempunyai anak lain bukan dari Vina yang ibunya diceritakan telah meninggal dan kini tinggal bersama mereka. Ada juga kisah istri ustad yang belum juga diberi keturunan.
Dalam sinetron ini juga ada tokoh anak-anak yang diceritakan menjadi korban kekasaran orang tua mereka. Ada Rosi anak pasangan Bram dan Hana, ada Dante anak pasangan Anisa dan Rudolf, dan dua lagi yaitu Nadia pasangan Helmi dan Vina serta satu lagi (aku lupa namanya) anak laki-laki Helmi dari istri gelapnya yang diceritakan telah meninggal. Karena ada tokoh anak-anak tersebut sehingga ada sebagian pemirsa sinetron ini adalah anak-anak padahal cerita sinetron ini menceritakan problematika rumah tangga terutama hubungan suami istri.
Kita tahu bahwa sintron sudah menjadi industri, artinya tujuannya bukan lagi berdasarkan cerita yang seharusnya tetapi sebisa mungkin dipanjang-panjangkan supaya beribu-ribu episode selama pemirsa masih menyukainya. Mereka tidak peduli apakah ceritanya masuk akal atau tidak yang penting selama masih disukai dan berada di prime time dengan iklan yang mengantri mereka berusaha 'memperkosa' jalan cerita sebuah sinetron. Mereka tidak sadar bahwa mereka telah membodohi para pemirsanya.
Kembali ke sinetron CHSI. Tokoh Hana yang disukai oleh para pemirsa karena ketabahannya menghadapi suaminya yang selingkuh pada awal-awal episode menjadi sangat memuakkan sekarang karena tidak bisa 'move on'. Cerita ini menjadi negatif karena seolah-oleh kaum wanita diajarkan untuk bersedih berlarut-larut, berdoa terus-menerus dan menulis di blog mengenai penderitannya akibat ulah suaminya. Tokoh Anisa yang terus menerus diteror oleh Rudolf, tokoh Vina yang tidak rela dengan keberadaan anak bukan anak kandungnya, itulah inti ceritanya yang tidak ada habis-habisnya. Seolah-olah tidak ada solusi untuk masalah rumah tangga mereka.
Karena merasa sinetron ini masih disukai dan pemirsa masih suka dibodohi kini pihak sutradara menambah tokoh-tokoh baru supaya jalan ceritanya melebar kemana-mana, persis seperti sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Tolong hentikan cerita yang tidak masuk akal ini. Terserah mau disudahi dengan happy ending atau sad ending, yang penting hentikan. Sebenarnya mudah mengakhirnya, Hana dan Bram bercerai kemudian Bram kawin lagi dengan Karin, Rudolf dan Anissa bercerai dan kawin lagi dengan pasangan masing-masing, dan Vina ikhlas dengan anak bawaan dari Helmi. Titik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H