[caption id="attachment_396679" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]
Sejak PT.KAI dikomandoi oleh Ignatius Jonan ada perubahan yang sangat signifikan terutama dalam layanan kereta commuter line Jabodetabekser (ser =serpong). PT. KAI menjadi BUMN nomor satu dalam hal pendapatan. Semua ini karena dengan system ticketing online (tapping) stasiun-stasiun kereta commuter line jadi steril dari penumpang gelap juga penyelewengan karcis yang dilakukan oleh internal karyawan PT.KAI/KCJ. Disamping itu juga adanya gerai-gerai komersial di stasiun-stasiun yang sudah pasti bayarannya sangat mahal karena sejauh ini hanya gerai-gerai ternama yang bisa berada dalam area dalam stasiun. Satu lagi adalah parkir yang kini dikelola oleh PT. KAI/KCJ yang tentunya memberikan keuntungan yang sangat signifikan bagi PT. KAI.
Sebagai penumpang saya mencermati bahwa walaupun ada peningkatan layanan di stasiun seperti charger gratis, toilet gratis, dan keadaan stasiun yang makin bersih dan bebas asap rokok, ada beberapa hal yang dikeluhkan oleh penumpang yaitu :
1. Pintu utama yang cuma satu
Ini ada di stasiun Bogor dan UI. Saya tahu pasti ada pertimbangan tersendiri dari manajemen PT. KCJ soal pintu utama penumpang masuk dan keluar. Menurut saya jika di stasiun Bogor ada dua pintu seperti stasiun-stasiun Cilebut, Bojonggede, Citayam dan seterusnya akan menghindari penumpukan penumpang dan mempermudah penumpang yang akan mencapai tujuan tertentu supaya tidak memutar jauh. Misalnya penumpang tujuan Bogor yang akan ke Pasar Anyar sekarang harus memutar sangat jauh.
2. Toilet yang sempit dan sedikit
Walaupun toilet-toilet di stasiun gratis namun kondisinya sangat menyebalkan. Jumlahnya sangat sedikit dan harus antri panjang, bahkan kadang posisinya ada diujung yang sangat jauh seperti di stasiun Sudirman dan Tangerang. Untuk toilet berdiri (untuk kencing) sungguh tidak manusiawi. Bagaimana tidak, letaknya berdekatan tanpa sekat, tombol air jika ditekan keluarnya sangat sedikit sekali. Yang lebih menyedihkan toilet-toilet ini ada di stasiun-stasiun transit seperti stasiun Manggarai dan stasiun Duri, dimana jumlah penumpangnya sangat banyak. Bagi saya lebih baik masuk toilet bayar tapi toiletnya bersih dan airnya banyak.
3. Kurangnya tempat duduk di ruang tunggu.
Di stasiun-stasiun lain tempat duduk untuk calon penumpang sudah cukup memadai tapi di stasiun tempat saya biasa naik, stasiun Cilebut hanya ada empat kursi di ruang tunggu pintu timur, dan empat kursi di ruang tunggu pintu barat, di peron sama sekali tidak ada bangku panjang, dan sebagian peron tanpa atap. Tidak semua calon penumpang adalah laki-laki dewasa yang kuat yang siap berdiri sambil menunggu kereta. Ada beberapa penumpang lansia dan ibu hamil yang tidak mungkin mampu berdiri berlama-lama. Lagipula tak perlu kursi yang mahal cukup bantalan bekas rel kemudian dijadikan bangku panjang cukup untuk mereka beristirahat bagi mereka yang baru turun dari kereta karena kelamaan berdiri atau mereka yang menunggu kereta.
4. Atap untuk parkir motor
Saya kira PT. KCJ sudah lama menerapkan parkir di stasiun-stasiun yang dikelola langsung oleh mereka. Maksud saya pasti akumulasi keuntungannya sudah cukup banyak. Alangkah baiknya agar area parkir motor diberi penutup/atap agar motor yang diparkir terhindar dari teriknya matahari dan guyuran air hujan. Saya sendiri menitipkan motor di perumahan penduduk karena terhindar dari panas dan hujan tetapi jika mengajak keluarga biasanya saya titipkan di parkir yang dikelola pihak stasiun karena lebih dekat.