Mohon tunggu...
Darmanto Hadi
Darmanto Hadi Mohon Tunggu... profesional -

saya, Darmanto Hadi, lahir pada tanggal 31 Januari 1986 di salah satu kabupaten yang terletak di Bengkulu Utara, saat ini saya sedang mengembangkan karier sebagai Independent Legal Auditor dan Legal Consultant. menulis adalah hobby saya sejak saya duduk di bangku SLTA,

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mencaci Tuhan Karena Surga Tidak Seindah Yang Dibayangkan

26 Juni 2012   02:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:32 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ia dan perjalanan, kata memulai untuk sebuah lukisan liku kehidupan.
deduri selalu menjadi teman setia untuk menoreh pahitnya kehidupan.
derap langkah kaki selalu setia membuat gema kebencian untuk katakan ini adalah perjalanan.
dinginnya malam menjadi selimut penutup hidangan terik mentari.
Merasuk dalam naluri ketika beberapa tahun yang lalu.
selalu membayang dalam benak, syahdunya bacaan ayat ayat alkitab.
indahnya khotbah kyai, pendeta  dan meraka para pembawa surga
Indahnya surga untuk kita yang bersedia.
Tuhan ku, Tuhan Mu
ia tak tahu harus melukis apa diantara jejemarinya yang lemah.
ia tak tahu harus mewarna dengan indahnya surga kah kini ?
ia tak tahu masihkah ia bisa bertenggadah untuk  surga
dan ia tak tahu masihkan malaikatnya tersenyum untuk mencatat nilai dosa
ia tak tahu.
Tuhan, Ia tahu surga bukanlah perjalanan hidupnya
ia tahu surga bukan tentang matahari dan derap langka atau dinginnya malam gelap
ia tahu, surga bukan kardus bekas alas tidur malamnya
dan ia tahu senyum duka membuat ia tak ada.
Tuhan layak sudah ia  mencaci
mencaci akan diri karena dosa tak berujung walau tahuku KAU penghapus untuk bulir bulir dosa
mencaci karena surga bukan lah dunia
mencaci  untuk perjalanan panjang pahitnya kehidupan
dan ia tak tahu siapa yang salah, sipa yang berdosa, siapa yang memiliki surga
Dengan senyum ia berkata
surga dia yang berkuasa untuk melukis hisapan darah dalam nadi Rakyat jelata.
**lelah untuk satu pengharapan
by : Darmanto Hadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun