Mohon tunggu...
hadi al rasyid
hadi al rasyid Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Teknik Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Geothermal, Fenomena Energi Raksasa yang Terabaikan

28 November 2010   21:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:13 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A tradable good or service can be sold in another location distant from where it was produced. A good that is not tradable is callednon-tradable

Kira-kira seperti itulah nalar kaum ekonom dalam membedakan antara barang tradable dan barang non-tradable. Yang dimana perbedaan mendasar antara kedua jenis barang tersebut adalah dapat atau tidaknya barang tersebut dipertukarkan ditempat lain. Percaya atau tidak, baik barang tradable dan non tradabel begitu banyak bertumpuk di negeri ini, sebut saja hasil lahan pertanian, hasil kelautan yang tergolong barang tradable dan keindahan pemandangan, panas bumi dan keramahan suku pedalaman merupakan wakil dari golongan barang non-tradable.

Menurut Prof KusmayantoKadiman, Jika kita berbicara mengenai pembangunan energi di negeri ini, mau tidak mau kita harus bisa untuk mengharmonisasikan antara nalar ekonomi bersamaan dengan nalar teknologi. Saat penulis dalami lagi lebih lanjut, penulis menemukan irisan tentang betapa berpengaruhnya nalar ekonomi dalam pengembangan tehknologi khususnya di bidang energi. Kenapa? karena jika kita melakukan pengkajian lebih lanjut tentang,maka jangan kaget jika barang tradable menjadi tulang punggung dalam proses pengembangan energi. Padahal sumber energi tradable merupakan sumber energi yang sewaktu-waktu bisa habis dan apabila kita ingin memperbaruinya maka akan memakan waktu yang sangat lama. Lalu bagaimana dengan pengoptimalan barang non-tradable? Ya, seperti yang kita duga. Kekayaan alam non-tradable di negeri ini belumlah tereksplorasi secara optimal. Padahal jika melakukan valusi yang positif maka kita bisa mengolah barang non-tradable menjadi barang tradable yang mempunyai nilai jual bahkan lebih kompetitif. Lalu dari sekian banyaknya barang non-tradable yang terdapat pada bangsa ini, yang manakah barang yang tepat untuk mengatasi krisis energi? Energi panas bumi (Geothermal) adalah jawabannya.

Geothermal adalah salah satu kekayaan alam yang seringkali keberadaannya tidak disadari oleh kita. Jika sumber daya lain mempunyai fisik dan struktur yang jelas, lain halnya dengan geothermal. Sumber daya ini hanya bisa dirasakan tanpa bisa dilihat secara langsung. Tapi jika melakukan kajian tentang seberapa besar potensi yang terdapat didalamnya, maka kita jangan kaget bahwa geothermal merupakan salah satu sumber energi yang paling powerfull yang terdapat di Nusantara ini. Bagaimana tidak? Selain merupakan sumber daya alam yang ekonomis dan ramah lingkungan . geothermal merupakan salah satu alternatif penghasil energi listrik yang besar dan yang paling rasional untuk dioptimalkan di Nusantara ini. Berdasarkan keterangan dari salah satu peneliti senior pada institusi yang berada di Jerman, kita akan mendapatkan pasokan listrik sekitar 27 Gigawatt bahkan lebih jika kita bisa memamfaatkan energi goethermal secara maksimal, yang berarti kita bisa mendapatkan 100% tambahan tenaga listrik yang dapat disebarkan ke seluruh Nusantara. Lalu kemana larinya energi yang sebesar ini, kenapa energi sebesar ini malah disia-siakan. Hal inilah yang membuat kita selalu bertanya-tanya, mengapa pemerintah seakan-akan enggan untuk membuka wacana ini dan lebih sering sibuk untuk membahas pembangunan PLTN (pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) yang justru akan menjadi isu yang lebih kontroversial dibanding pembangunan PLTPB (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi). Jika kita tanyakan pertanyaan ini pada pemerintah maka jawaban klasiklah yang akan kita dapatkan, yaitu masalah biaya, memang kenyataan bahwa cost yang dikeluarkan biaya untuk pengembangan PLTPB tidak lah semurah biaya menggali, bor , mengirim dan membakar minyak-bumi , gas atau pun batu bara. Tapi meskipun begitu, apakah varibale seperti itu akan menjadi selalu menjadi pengahalang bagi kita untuk melakukan suatu terobosan teknologi. jawabannya jelas tidak. Karena jika hanya uang yang menjadi kendala, semestinya kita dapat mengatasinya dengan mengajukan penawaran kerjasama ke berbagai investor di seluruh dunia. Tapi yang menjadi hambatan utama dari terobosan teknologi ini adalah keseriusan pemerintah. Yap, yang dimaksud oleh penulis disini adalah keseriusan dari pemerintah dalam berbagai hal. Baik itu keseriusan untuk membuka ruang diskursus, keseriusan pemerintah dalam melakukan penelitian atau pun keseriusan pemerintah dalam memberdayakan segala potensi yang ada. Karena tanpa ada sikap serius dari pemerintah, wacana ini hanya akan selalu menjadi omong kosong dan fakta bahwasanya indonesia memiliki 40% cadangan panas bumi dunia hanya akan menjadi fakta yang tak akan pernah terbukti kebenarannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun