Batam. Kota yang tak pernah terlintas dalam benak saya untuk dikunjungi. Namanya jalan hidup. Siapa sangka justru di Batam saya pernah merasakan kehidupan yang luar biasa amazing selama kurang lebih 15 tahun.Â
Awal mula menginjakkan kaki di Batam karena adik saya yang bekerja di sana. Saat mengetahui bahwa saya di Jakarta sedang tidak ada kegiatan apa-apa, disuruhlah saya menyusul dirinya ke Batam.
Saya pikir bolehlah dicoba. Siapa tahu rezeki saya ada di sana. Benar saja. Seiring berjalannya waktu, saya pun merintis karir di sana. Tapi bukan ini yang ingin saya ceritakan. Melainkan pengalaman pertama saya ketika menginjakkan kaki di Batam.
Adik saya menawari untuk mencoba teh obeng. Yaitu teh khas Batam. Saya oke, oke saja. Penasaran juga. Seperti apa rasanya. Lalu adik saya menyuruh anak buahnya untuk membeli teh obeng. Sementara adik saya pergi mengurus pekerjaannya.
Begitu teh yang dimaksud datang, saya kaget. Kok hanya es teh manis. Saya cari-cari, mana gambar obeng atau tulisan obengnya? Ya pokoknya yang berbau-bau obeng deh.Â
Saking penasarannya, saya telpon adik saya. Menanyakan tentang teh obeng yang ia tawarkan. Kok cuma es teh manis yang ada. Adik saya tertawa. Ia lupa memberitahu kalau es teh manis di sini sebutannya teh obeng.
Oh, jadi teh obeng itu ya es teh manis seperti yang biasa kita minum. Satu lagi hal unik yang saya jumpai. Kalau kita membeli es teh manis yang bisa dibawa-bawa alias ditenteng, maka jangan kaget kalau kantong plastiknya seperti kresek. Karena ada pegangannya.
Lucu dan seru juga y? Jadi tidak double kemasan. Inilah salah satu pengalaman pertama saya saat menginjakkan kaki di Batam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H