Pada sebuah subuh, di antara tanda-tanda di ujung ramadan
aku membaca tentangmu, kawan yang berselimut waktu
selarik senyum kaulipat di antara resah dan harapan
seumpama api meredup oleh angin yang menyapu
begitulah aku membacamu, hingga subuh telah membuka pintu
masih juga kau berselimut waktu
memunguti serpihan masa lalu, ketika cahaya membawamu
di tanah kelahiran yang membentuk dan menempamu dulu
aku baca kau, ibarat bocah ingusan merengek-rengek pada impian
sedangkan impian itu baru saja dikebiri dan dikuliti
oleh tangan-tangan perkasa atas nama kehidupan