Empat tahun lalu, ketika PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) meluncurkan buku “Saatnya Hati Bicara” yang merupakan cerminan keseriusan PLN dalam menerapkan good corporate governance, ada keraguan apakah program tersebut bukan cuma slogan.
Yang terjadi kemudian, PLN memang punya spirit menjadi perusahaan bersih. Diawali dari komitmen jajaran petinggi PLN lalu turun ke pegawai melalui sistem pelayanan masyarakat berprinsip partisipasi, integritas, transparansi, dan akuntabilitas guna mencegah terjadinya praktek korupsi, suap, dan gratifikasi di PLN.
[caption caption="Dengan Listrik Pintar PLN, Masyarakat Jadi Pintar Mengatur Pemakaian Listrik/www.pln.go.id"][/caption]PLN juga mengajak masyarakat ikut jadi bagian program PLN Bersih dengan semangat “Kami Bersih, Anda Bersih Kita Bersih. Caranya, mengenalkan sistem pelayanan transparan yang meminimalkan pertemuan tatap muka masyarakat dengan pegawai PLN. Inilah yang menurut saya jadi semangat dasar dari inovasi program PLN Listrik Pintar PLN.
Apa itu Listrik Pintar PLN? Listrik Pintar merupakan layanan baru dari PLN untuk pelanggan dalam mengelola konsumsi listrik melalui meter elektronik prabayar. Menurut saya, pemilihan nama Listrik Pintar ini bukan asal. Tapi punya makna penting. Bahwa melalui Listrik Pintar, PLN ingin mengajak masyarakat untuk pintar dalam mengatur pemakaian kebutuhan listrik di rumahnya.
Saya termasuk bagian dari masyarakat yang ikut tercerdaskan oleh adanya Listrik Pintar ini. Sejak menggunakan listrik pra bayar pada awal 2011 lalu, saya bisa merasakan spirit PLN untuk mengajak saya untuk pintar mengatur kebutuhan listrik.
Dengan Listrik Pintar PLN, Jadi Pintar Mengatur Konsumsi Listrik
Selama ini, kita sering melihat kampanye hemat listrik melalui iklan layanan masyarakat di televisi yang berpesan agar kita menyalakan alat-alat listrik seperlunya dan mematikan selebihnya. Imbauan ini bagus. Namun, dalam kenyataannya, efek iklan ini kurang ampuh dalam menggugah kesadaran masyarakat untuk berhemat listrik. Utamanya bagi masyarakat yang masih menggunakan listrik pasca bayar.
Kenapa kurang ampuh? Sebab, ketika menggunakan listrik pasca bayar, masyarakat belum terlalu merasakan efek langsung ketika mereka tidak pintar (baca boros) dalam memakai kebutuhan listrik. Umumnya, ketika membayar tagihan listrik bulanan, pelanggan baru tersadar bila ada kenaikan tagihan dibanding bulan sebelumnya. Tetapi, karena kenaikannya tidak signifikan, sekadar beda sekian puluh ribu, boros listrik itu seolah ditoleransi. Maka, itu tidak memunculkan ‘efek sadar’. Jadilah pada bulan berikutnya, pelanggan tetap mengulangi kebiasaan ‘boros listrik’.
Hal ini berbeda ketika kita menggunakan listrik pra bayar. Kenapa? Dengan listrik pra bayar, kita bisa merasakan langsung efek pintar mengatur konsumsi listrik di rumah. Sebab, untuk mengetahui efeknya, kita tidak perlu menunggu pergantian bulan. Tetapi bisa satu minggu atau dua minggu.
[caption caption="Meter Kwh Listrik Pra Bayar di Rumah"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/04/20/img-20160420-wa0003-5717450f0bb0bd65087d4f9a.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Bagusnya lagi, dengan menggunakan listrik pra bayar, ketika voucher token cepat habis pertanda kita boros listrik, kita bisa langsung mengevaluasi pada bagian mana saja boros listrik itu. Mungkin karena AC di kamar yang lebih sering menyala. Atau mungkin penggunaan berlebihan alat-alat listrik lainnya. Nah, dari hari hasil evaluasi itu, pelanggan bisa tahu apa yang harus dilakukan untuk menghemat listrik pada pemakaian voucher token berikutnya. Inilah esensi sebenarnya dari penerapan listrik pintar.