Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Spurs, Ini Saatnya Menyalip Si Rubah Biru!

2 Maret 2016   11:25 Diperbarui: 2 Maret 2016   18:51 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencapaian besar dimulai hal-hal kecil. Tidak akan pernah ada hal-hal besar tanpa diawali hal-hal kecil. Prinsip itulah yang menjadi motto dari pelatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pocchettino. Dan, prinsip sederhana itulah yang menjadi salah satu pondasi kesuksesan Tottenham di Liga Inggris musim ini.

[caption caption="Tottenham Hotspurs berpeluang ke puncak klasemen EPL/Daily Mail"][/caption]Ketika pertama kali datang ke Tottenham dan diperkenalkan oleh Chairman Daniel Levy kepada para pemain di awal musim 2014-15, Pocchettino menekankan perlunya etos kekeluargan (family ethos) dalam tim. Dia menyampaikan tentang pentingnya semua orang di tim untuk saling respek dan saling menghormati satu sama lain. Dan itu dimulai dari hal paling sederhana: bertegur sapa dan berjabat tangan.

“Setiap pagi, kami bersalaman satu sama lain untuk menunjukkan respek, untuk menunjukkan kedekatan dengan sesama pemain. Itu akan membuat Anda akrab dengan orang yang Anda salami. Dan itu telah menjadi kebiasaan di tim ini” ujar Pochettino seperti dilansir Daily Mail.

“Itu hal kecil. Tetapi bermakna banyak untuk menciptakan tim yang kuat. Hal seperti ini sangat penting untuk membentuk tim. Pemain jadi lebih siap melakukan apa saja untuk tim,” sambung pelatih berusia 43 tahun berkebangsaan Argentina ini.

Kebersamaan itulah yang membuat pemain-pemain Spurs menyatu. Pemain yan berasal dari berbagai belahan dunia itu, menyatu sebagai keluarga. Mereka yang asli Inggris macam Harry Kane, Kyle Walker hingga Delle Ali tidak hanya dekat dengan pemain sesama Eropa seperti Christian Eriksen (Denmark) atau Hugo Lloris (Prancis). Tetapi juga dengan Erik Lamela (Argentina), Nabil Bentaleb (Aljazair) hingga Son Heung min (Korsel).

[caption caption="Nacer Chadli dan Son Heung min/Daily Mail"]

[/caption]Kebiasaan jabat tangan itu berkembang menjadi tradisi di musim ini. Suatu ketika, saat Chairman Levy bergabung dalam sesi makan siang di markas latihan Spurs, dia melihat setiap pemain yang berpapasan dengan pemain lainnya langsung bersalaman dan berucap hello. Dari situ, dia yakin, Spurs bisa meraih hal penting musim ini.

Musim 2014/15 lalu, Pochettino nyaris membawa Spurs lolos ke Liga Champions. Mereka kurang beruntung di laga-laga akhir dan hanya bisa finish di posisi lima. Kini, Spurs punya peluang besar untuk jadi juara Liga Inggris. Ya, untuk kali pertama sejak kompetisi Liga Inggris berganti format menjadi English Premier League pada musim 1992/93 silam, Tottenham punya peluang sangat besar untuk memenangi liga.

Sudah sangat lama fans Spurs tak pernah melihat tim mereka juara Liga Inggris. Bahkan, semua pemain Spurs sekarang, termasuk sang pelatih, Pochettino, belum lahir ketika kali terakhir Spurs juara pada musim 1960-61 atau 55 tahun silam.

Tengah pekan ini, setelah berminggu-minggu duduk manis di posisi dua klasemen Liga Inggris, Spurs akhirnya punya kesempatan untuk bisa naik peringkat. Hasil imbang 2-2 yang diperoleh sang pemuncak klasemen, Leicester City, saat melawan West Bromwich Albion, Rabu (2/3) dini hari tadi, menjadi kabar baik bagi Spurs. The Lily Whites akan bisa memimpin klasemen bila mereka menang atas tuan rumah West Ham United Kamis (3/3) dini hari nanti.

Spurs yang kini di posisi dua (54 poin), terpaut tiga poin dari Leicester (57 poin). Tetapi, Spurs unggul produktivitas gol dari Si Rubah Biru--julukan Leicester City. Spurs surplus 28 gol dan Leicester surplus 20 gol.

“Kami sangat dekat dengan Leicester. Pemain tahu mereka harus tampil terbaik, berlatih keras dan punya mental yang benar. Kami telah menunjukkan karakter dan kedewasaan. Kami berani memainkan bola, berani mengambil risiko. Kami bermain dengan gaya kami tanpa harus menendang lawan. Kami memainkans epak bola, bukan rugby atau tinju” jelas Pochettino.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun