Apakah Hull City bermain di level Premier League atau Championship? Begitu pertanyaan seorang kawan, kemarin. Saya sampai harus mengecek kembali klasemen Premier League demi memastikan kebenaran jawaban itu. Dan memang, ada nama Hull City yang kini ada di posisi 19--kedua dari bawah. Kesimpulan dari pertanyaan kawan saya itu, ternyata tidak banyak yang tahu kiprah Hull City di Premier League musim ini.
Wajar bila Hull tak dikenal. Lha wong mereka hanyalah tim promosi di Premier League. Bahkan, untuk mendapat tiket naik kelas ke Premier League, tim berkostum loreng mirip harimau sesuai julukannya, The Tiger ini harus terlebih dulu melakoni laga play off. Jangan bandingkan Hull City dengan Manchester United yang brand namanya sudah mendunia. Bahkan, ada banyak adegan dan percakapan di film-film Hollywood yang menyebut nama klub juara terbanyak Liga Inggris ini.
Hanya saja, dalam sepak bola, popularitas tidak selamanya menang ketika bertemu mereka yang bukan siapa-siapa. Itulah yang terjadi kala United ditahan 0-0 oleh Hull City di markas nya, Old Trafford pada laga pekan ke-23 Liga Inggris, Kamis (2/2) pagi tadi.
Tidak sekali ini, Hull City sukses bikin United kecewa. Lima hari lalu, 27 Januari, United dikalahkan Hull City 2-1 di semifinal Piala Liga. Tetapi, United masih bisa tersenyum. Sebab, mereka masih bisa ke final karena unggul agregat 3-2 ( United menang 2-0 di Old Trafford pada semifinal pertama). Namun, kali ini beda cerita nya.
United pantas kecewa karena mereka gagal menang di kandang sendiri. Kehilangan dua poin dan tak mampu mengoptimalkan peluang mendekat ke zona empat besar. Padahal, sehari sebelumnya, tiga rival utama gagal meraih poin penuh. Arsenal kalah dari Watford. Tottenham ditahan Sunderland. Pun Liverpool tertahan di Anfield. Tapi, United malah ikut-ikutan gagal menang. Imbasnya, Zlatan Ibrahimovic dkk masih terpaku di urutan enam dengan 42 poin, terpaut empat poin dari peringkat lima Manchesyet City dan peringkat empat, Liverpool.
Catat, ini adalah hasil imbang kesembilan United di Liga Inggris musim ini. Plesetan julukan The Special One Mourinho menjadi The Special One (Point), ternyata ada benarnya. Itu adalah jumlah draw terbanyak dari 20 tim Premier League (sama dengan catatan draw Middlesbrough).
Tebakan saya seusai menonton laga ini di “televisi gratis” pagi tadi, Mourinho bakal ngamuk di sesi jumpa pers seusai laga. Terlebih, Hull City mempraktekkan strategi “parkir bus” demi mengamankan gawang nya. Data statistik Soccerway mencatat penguasaan bola United bahkan sampai 76 persen. Namun, peluang demi peluang United lewat Juan Mata, Ibrahimovic dan Paul Pogba gagal menembus gawang Eldin Jakupovic. Kiper Hull asal Swiss itu memang tampil keren. Utamanya di 20 menit akhir babak kedua. Bolak-balik dia jungkir balik untuk mengamankan gawangnya dari serbuan pemain-pemain United.
Memang, Mourinho sempat ngamuk ketika ditanya komentar nya perihal kepemimpinan wasit Mike Jones. Dia bahkan menyumpah serapah reporter dengan ujaran kasar. “If you dont know football, you shouldn’t be with a microphone in your hand”. Mou menyebut dirinya mendapat perlakukan berbeda dibandingkan Juergen Klopp ataupun Arsene Wenger yang seolah bebas meluapkan ekspresi nya di pinggir lapangan. Sementara bila dia yang bersikap keras, hukuman akan menantinya. “Jika saya bicara keras, saya akan dihukum. Saya tidak mau dihukum,” ujar Mou seperti dikutip Daily Mail.
Terlepas dari itu, ada komentar Mourinho yang menurut saya bijak. Yakni komentar nya yang tidak mau menyalahkan strategi lawan yang menerapkan permainan bertahan. Mourinho seperti tahu bahwa itu memang pilihan yang rasional bagi tim-tim kecil seperti Hull kala bertamu ke rumah tim sekelas United. Bijak karena kebanyakan melatih lebih suka mengeluh terhadap gaya permainan bertahan lawan ketika timnya tidak mampu meraih hasil yang diinginkan.
“Saya tidak bahagia dengan hasil ini. Tapi, saya tidak mau mengkritisi lawan karena mereka bermain untuk hidup mereka. Bagi mereka, setiap poin itu laksana emas,” ujar Mourinho.
Tidak biasanya Mourinho begitu. Yang seringkali terjadi ketika United gagal menang, Mourinho akan berkomentar nyinyir menyindir strategi lawan. Kalimat favoritnya “hanya ada satu tim yang bermain untuk menang, lainnya hanya berharap tidak kalah”. Tapi kali ini, Mou seolah lupa ucapan favoritnya itu. “Mereka (Hull) harus berjuang dengan segala apa yang mereka miliki. Dan mereka nyaman melakukan apapun selama 90 menit. Saya tidak mengkritisi lawan karena mereka bermain untuk hidup mereka,’ sambung pelatih yang pernah dua kali juara Liga Champions ini.