Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Lebih Dewasa dan Lebih Bergembira, Kali Ini Argentina Juara?

24 Juni 2016   11:32 Diperbarui: 24 Juni 2016   12:48 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Argentina kini lebih kompak/Daily Mail

Ketika Argentina memastikan tampil di Final Copa America 2016 usai ‘mengajari’ Amerika Serikat cara bermain bola yang benar, negeri yang tiga tahun lalu pernah dihantam krisis ini telah mengukir pencapaian hebat di sepak bola. Pencapaian yang tidak akan bisa disamai oleh negara manapun. Yakni, main di tiga final turnamen akbar sepak bola dalam periode tiga tahun.

Silakan mencari-cari data-data di Wikipedia ataupun membaca kolom-kolom tulisan para kolumnis sepak bola terkenal, saya yakin Anda tidak akan mendapati ada negara yang pernah tiga kali tampil di final dalam tiga tahun seperti yang dilakukan Argentina.

Hanya saja, capaian hebat itu justru berpotensi menjadi aib kekal bagi Argentina bila ternyata tidak mampu mengalahkan Chile di Final Copa America 2016 pada Minggu (26/6) malam waktu Amerika Serikat atau Senin (27/6) pagi waktu Indonesia dan akan ditayangkan langsung oleh Kompas TV.

Kita tentu masih ingat, dua tahun lalu, Argentina main di Final Piala Dunia 2014. Dan kita sama-sama tahu yang terjadi. Argentina gagal juara setelah disakiti Jerman lewat gol di masa perpanjangan waktu. Setahun kemudian, Argentina kembali main di Final Copa America 2015. Dan, masih segar dalam ingatan, Argentina lagi-lagi tersakiti: kalah 1-4 dari Chile via adu penalti. Andai saja, di Final Copa America 2016, Argentina kembali disakiti Chile, fans Argentina rasanya akan berucap “yang kamu lakukan itu jahat, Chile”.

Tapi kok, saya merasa kali ini Argentina bisa juara. Saya merasa final kali ini tidak akan lagi menjadi pemberi harapan palsu (PHP) bagi Argentina. Ya, merujuk pada kekinian penampilan kedua tim, inilah momen terbaik bagi Argentina untuk mengakhiri penantian panjang sejak kali terakhir juara Copa America pada 1993 silam

Argentina Kini Lebih Kaya Strategi
Apa yang membedakan Timnas Argentina yang tampil di Copa America 2016 dengan yang main di Copa America 2015 lalu? Secara kasat mata, dari hasil perjalanan menuju final, Argentina kali ini terlihat lebih kuat.

Mari kita bandingkan. Di Copa America 2015 lalu, Argentina satu grup dengan Paraguay, Uruguay dan Jamaika. Hasilnya, Argentina mengawali turnamen dengan ditahan Paraguay 2-2, lalu menang 1-0 atas Uruguay dan menang 1-0 atas Jamaika. Argentina hanya bikin 4 gol dan kemasukan 2 gol. Lalu di perempat final, Argentina hanya main 0-0 dengan Kolombia lantas menang adu penalti 5-4. Baru di semifinal, Argentina tampil ganas dengan melibas Paraguay 6-1.

Di Copa America 2016, Argentina langsung mengawalinya dengan keren. Menang 2-1 atas Chile, 5-0 atas Panama dan 3-0 atas Bolivia. Total, Argentina bikin 10 gol dan kemasukan stu gol di fase grup. Lalu, mengalahkan Ekuador 4-1 di perempat final dan menundukkan Amerika Serikat 4-0 di semifinal.

Kesimpulannya, Argentina 2016 lebih ganas dibanding Argentina 2015. Mereka kini lebih tahu caranya mencetak gol. Tak seperti Argentina 2015 yang acapkali kebingungan. Dan itu tidak lepas karena pelatih Argentina, Gerrardo Martino, kini lebih 'kaya strategi'. Bila kita amati, skema main Argentina tetap sama: 4-3-3. Tetapi, ada enam perubahan dalam starting XI pilihan Martino di Copa America 2016 dibanding di Copa America 2015.

Perubahan pertama ada di posisi bek tengah. Bila di Copa America 2015, Nicolas Otamendi ditemani Martin Demichelis. Kini, Otamendi berpartner dengan bek tengah yang main di klub Inggris, Everton, Ramiro Funes Mori. Lalu di posisi bek kanan, ada Gabriel Ivan Mercado yang menggantikan posisi Pablo Zabaleta. Perubahan lainnya ada di posisi gelandang bertahan. Bila di Copa America 2015, Martino percaya pada Javier Pastore dan Lucas Biglia untuk menemani Javier Mascherano. Kali ini Martino percaya pada trio pemain yang musim lalu main di Liga Spanyol: Ever Banega (Sevilla), Augusto Fernandez (Atletico Madrid) dan Mascherano (Barcelona).

Gonzalo Higuain, salah satu pembeda tim Argentina 2106/The Guardian
Gonzalo Higuain, salah satu pembeda tim Argentina 2106/The Guardian
Lalu di depan, Lionel Messi yang ditempatkan sebagai penyerang sayap kanan, tidak lagi bertandem dengan Sergio Aguero sebagai penyerang tengah dan Angel Di Maria di kiri. Di Perempat final melawan Venezuela, Martino memainkan Messi, Nicolas Gaitan di kiri dan Gonzalo Higuain sebagai penyerang tengah. Di semifinal, Ezequiel Lavezzi yang dipasang di kiri. Nah, karena Lavezzi cedera usai menghantam reklame dan tidak main di final, posisinya bisa diisi Gaitan atau Erik Lamela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun