Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kala "Pak Tua" Melawan "Si Pemula" (preview Manchester City vs Barcelona)

24 Februari 2015   21:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:34 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14247646561684872685

Di jajaran pelatih klub top Eropa, nama Manuel Luis Pellegrini Ripamonti (61 tahun) belum dianggap layak sebagai pelatih top. Namanya masih disebut “kalah kelas” dari Carlo Ancelotti, Josep pep Guardiola ataupun Jose Mourinho. Ketiga nama inilah yang menjadi ‘media darling’ sepak bola Eropa. Pellegrini? Ia hanya “pelatih piguran”.

Penyebabnya, Pellegrini belum pernah sekalipun meraih trofi Liga Champions, lambang paling bergengsi sepak bola Eropa. Pak tua asal Chile ini pernah punya beberapa kali kesempatan untuk bisa menambahkan trofi bertelinga lebar itu ke dalam curriculum vitae nya. Tapi, semuanya gagal.

Tahun 2009, Pellegrini didaulat menjadi pelatih Real Madrid. Ia dibekali ‘artis-artis top’ lapangan bola macam Ricardo Kaka, Cristiano Ronaldo, Karim Benzema hingga Xabi Alonso.

Jika kami ingin memenangi Liga Champions danjadi tim terbaik dunia, kami butuh pemain terbaik," ujar Pellegrini kala itu.

Namun, yang terjadi, Real Madrid justru langsung tersingkir di babak 16 besar. Kalah dari klub Prancis, Olympique Lyon. Maka, akhir ceritanya bisa ditebak. Pellegrini pun dipecat. Ia terusir dari “istana megah Madrid” tanpa ada satupun kebanggaan.

Pencapaian paling hebat Pellegrini di Liga Champions hanyalah perempat final bersama Malaga di musim 2011/2012. Prestasi yang menjadi ‘tiket’ baginya untuk melatih klub kaya Inggris, Manchester City.Dengan kekuatan uang juragan Manchester City yang bisa membeli ‘kaki-kaki mahal’, Pellegrini bisa membawa City kampiun Liga Inggris musim 2013/14 dan menjadi pelatih Amerika Latin pertama yang juara di tanah Inggris. Namun, trofi Liga Champions masih jauh dari dekapan. City out di babak 16 besar setelah kalah agregat 1-4 dari Barcelona.

Maka, ketika City kembali harus bertemu Barcelona di babak 16 besar pada drawing 15 Desember 2014 lalu, Pellegrini pun serasa tertantang. Ia penasaran. Maklum, selama melatih Villarreal, Real Madrid dan Malaga juga Manchester City, dia sudah 24 kali bertemu Barcelona. Hasilnya, dia hanya mampu menang empat kali dan kalah 16 kali! Catatan yang jauh dari kata bagus. Barcelona seperti jadi kutukan baginya.

Tapi, jelang menjamu Barcelona di City of Manchester Stadium dini hari nanti, Pellegrini PeDe. Dia yakin, kekalahan 0-2 di kandang dari Barcelona pada musim lalu, tidak akan terulang. Kata dia, Manchester City sekarang sudah beda dari musim lalu. Dia berkoar akan menyerang habis Barcelona.

Apalagi, City pernah menang 3-2 atas Bayern Munchen yang dilatih mantan pelatih Barca, Pep Guardiola di Machester. City juga menang atas AS Roma di markas lawan. Hebatnya, dua kemenangan itu diraih tanpa adanya ‘pemain jangkar’, Yaya Toure. Pemain yang mengaku sering menolak ajakan kencan fans nya ini juga bakal absen di laga nanti karena hukuman kartu merah di laga fase grup.

[caption id="attachment_370366" align="aligncenter" width="530" caption="Manuel Pellegrini (kiri) menyaksikan timnya berlatih jelang melawan Barcelona/Uefa.com"][/caption]

City juga bisa sombong karena punya Sergio Aguero. Striker Argentina yang akrab dengan Lionel Messi ini sudah mencetak 21 gol di musim ini. Pellegrini menyebutnya sebagai salah satu pemain terbaik dunia selain Messi dan Ronaldo. Dan bekal lainnya adalah kemenangan 5-0 atas Newcastle Unitd di Liga Inggris akhir pekan kemarin.

"Kuncinya adalah memenangi ball possession dan tidak mudah kehilangan bola. Jika mereka mendapat bola, kami harus fokus pada Messi dan pemain lainnya," ujar Pellegrini di uefa.com.

Tapi, memenangi ball possession melawan Barcelona yang dikenal sebagai ‘penganut taat’ filosofi tiki-taka, tidaklah semudah menengadahkan kepala.Musim lalu, City “kalah dalam segala hal” dari Barcelona. Mereka kalah dalam penguasaan bola (ball possession). Mereka kalah dalam shooting ke gawang. Mereka juga kalah dalam jumlah umpan. Satu-satunya keunggulan City barangkali hanya jumah kartu merah yang lebih banyak.

Dan satu lagi, Pellegrini juga menang pengalaman dari pelatih Barcelona, Luis Enrique Martinez Garcia yang musim 2014/15 ini menjadi musim pertamanya di Liga Champions sebagai pelatih. Seperti ada gap yang sangat jauh bila membandingkan karier melatih Pellegrini dan Martinez.

Ketika Pellegrini mengawali karier melatih sebagai pelatih tim Chile, Universidad de Chile pada 1988 silam, Enrique masih belajar memahami taktik main bola. Tahun itu, Enrique yang masih berusia 18 tahun, jadi pemain di tim B Sporting Gijon, tim kota kelahirannya.

Tahun 2008. Enrique mencoba peruntungan jadi pelatih tim Barcelona B. Popularitasnya terbantu nama besar Pep Guardiola, mantan pelatih Barcelona B yang sukses melatih Barcelona senior. Enrique pun digosipkan akan “naik kelas”. Tapi, dia menerima pinangan klub Italia, AS Roma yang ternyata hanya bertahan setahun. Namanya kembali populer ketika “klub biasa” Celta Vigo dibawanya meraih prestasi lumayan di Liga Spanyol musim 2013/14.Ia lalu terpilih melatih Messi dan kawan-kawannya. Enrique masih berupaya membuktikan dirinya tak hanya hebat sebagai pemain tapi juga pelatih.

Dan Enrique membuktikan dirinya mampu melatih Barca. Setidaknya, Barca masih punya peluang meraih treble winners (tiga trofi) musim ini: Liga Spanyol, Piala Raja Spanyol dan Liga Champions. Sempat mengalami gegeran internal di akhir tahun lalu ketika Enrique digugat pemainnya paska kekalahan 0-1 di Real Sociedad, Barcelona mulai ganas dengan trio penyerang Latin mereka: Messi-Neymar-Luis Suarez.

Namun, sebuah “kecelakaan” menghantam Barcelona di akhir pekan kemarin. Siapa yang menduga, Barca yang mencatat 14 kemenangan beruntun, justru kalah di kandang sendiri, 0-1 dari Malaga. Hasil yang membuat Barca kembali tertinggal jauh, empat poin dari Real Madrid. Enrique berkilahtimnya bermain kurang rileks karena memikirkan pertandingan melawan City di Liga Champions. Dia PeDe timnya bisa bangkit di Manchester.

"City mungkin telah berubah. Dan saya kira akan sulit mengulang kemenangan 2-0 di markas mereka seperti tahun lalu. Tapi, kami ingin memenangi trofi Liga Champions. Karenanya, kami harus melewati pertandingan seperti ini,” ujar Enrique.

Enrique memang kalah pengalaman dari Pellegrini. Tapi, kabar baik baginya, dalam sepak bola, seorang pemula sekalipun selalu punya kesempatan untuk membuat mereka yang “menang pengalaman” tak lagi mendewakan pengalamannya. Dalam sepak bola, seorang berpengalaman tidak selalu menang bila berhadapan dengan mereka yang pemula.

Bukankah Pep Guardiola dengan Barcelonanya, pernah menang atas Manchester United nya Sir Alex Ferguson di final Liga Champions 2009 silam. Padahal, Guardiola bisa dibilang “anak kemarin sore” jika dibandingkan dengan karier panjang Sir Alex. Atau, bagaimana ketika pelatih anyar, Roberto Di Matteo bisa mengungguli pelatih supersenior, Jupp Heynckes ketika Chelsea mengalahkan Bayern Munchen di final Liga Champions 2012.

Dan satu lagi kabar gembira bagi fans Barcelona, dalam empat pertandingan laga pertama babak 16 besar Liga Champions yang dimainkan pekan lalu, tak satupun tim tuan rumah yang bisa meraih kemenangan. Paris Saint Germain, Shakhtar Donetsk dan FC Basel hanya main imbang melawan tamu-tamunya. Dan Schalke malah kalah di kandangnya. Akankah tren ini berlanjut dini hari nanti?(*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun