Dalam sepak bola, kalah dan menang itu biasa. Pun dalam pertandingan final, kalah menang itu juga biasa. Bahwa hanya ada satu tim yang jadi pemenang. Dan satu tim yang merasakan kekalahan. Itu hal biasa. Tetapi, bila kalah di final secara berulang-ulang, itu bukanlah hal biasa. Itu sungguh menyakitkan. Tentang sakitnya kalah di final secara berulang-ulang, silahkan tanyakan kepada Lionel Messi setelah Argentina kalah 2-4 (0-0) dari Chile di final Copa America 2016, Senin (27/6).
Ini sungguh bak kisah drama yang bagian sedih dan bahagianya diaduk-aduk. Tanpa jeda lama. Sehingga, tawa yang sebelumnya terdengar riang, mendadak hilang. Berganti kesedihan mendalam.
Jumat lalu, 24 Juni, Messi merayakan ulang tahunnya yang ke-29 tahun. Ada banyak ucapan selamat dan kado yang diterimanya. Yang paling spesial tentu saja dari sang kekasih, Antonella Roccuzzo yang pulang lebih dulu ke Argentina karena urusan penting. Tetapi, semua tahu, kado yang paling diinginkan Messi adalah gelar juara Copa America 2016. Kebetulan, laga final digelar hanya dua hari setelah ulang tahunnya (final digelar pada 26 Juni malam waktu Amerika Serikat). Yang terjadi, tidak ada kado indah untuk Messi. Yang ada hanyalah cerita menyakitkan yang berulang. Cerita berjudul kekalahan di final.
Sebuah foto hasil jepretan fotografer AFP yang diambil sesat setelah Argentina kalah 2-4 (0-0) dari Chile di final Copa America 2016, Senin (27/6), memperlihatkan betapa Messi tengah dirundung kesedihan yang teramat sangat. Sebuah foto yang dramatis. Messi terlihat berada diantara kerumunan pemain-pemain Argentina. Tetapi, fokus foto itu hanya Messi. Yang lainnya hanya terlihat kaki-kaki mereka. Tatapan matanya kosong. Raut wajahnya kusut. Sang pemain terbaik dunia ini seolah-olah berkata “mengapa kekalahan seperti ini kembali terulang”.
Sebelumnya, dari tayangan Kompas TV, kita juga bisa melihat betapa frustrasinya Messi. Usai bola sepakannya terbang ke tribun penonton, Messi berteriak sembari menjulurkan tangan dan memegangi kaosnya. Seolah tak percaya, kenapa tendangan penaltinya sama sekali tidak mengarah ke gawang. Sedetik kemudian, ia mengangkat kaosnya, menutupi mukanya. Fans Argentina di belakang gawang juga tidak percaya sepakan "sang dewa bola" itu tidak jadi gol. Dan ketika penendang keeempat Argentina, Lucas Biglia juga gagal menjalankan tugasnya, Messi langsung membalikkan badan. Ia rupanya tak kuasa melihat kekalahan Argentina yang sudah di depan mata. Beberapa detik kemudian, kamera televisi menyoroti Messi yang muram tengah menyendiri duduk di bangku cadangan.
![Ke mana bola sepakan mu, Messi/Reuter](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/90123439-messi-miss-reuters-5770d14a759373791a954faf.jpg?t=o&v=770)
Tetapi, kekalahan kali ini sungguh teramat menyakitkan bagi Messi. Bila di final Copa America 2015 lalu, dia masih bisa melaksanakan tugasnya sebagai eksekutor pertama meski Argentina kemudian kalah 1-4 dari Chile, kali ini justru dia lah yang mengawali kehancuran Argentina. Ketika Argentina sejatinya berada di atas angin setelah penendang pertama Chile, Arturo Vidal gagal melaksanakan tugasnya, sepakan Messi justru melambung ke atas gawang.
![Messi mengawali kegagalan Argentina di final Copa America 2016/Reuters](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/90123442-messionhishaunches-reuters-5770d1b50523bdf904a78620.jpg?t=o&v=770)
“Bagi saya, tim nasional sudah berakhir. Saya telah melakukan semua yang saya bisa. Sungguh sangat menyakitkan tidak bisa jadi juara,” ujar Messi yang kemudian dikutip oleh media-media seantero dunia..
Ya, Messi mengumumkan pensiun dini dari Timnas Argentina. Messi, pesepak bola terhebat era kekinian yang sudah empat kali meraih FIFA Ballon D’Or (2010, 2011, 2012, 2015), meraih semua trofi yang bisa diraih pesepak bola di level klub, dianugerahi berpuluh-puluh gelar individu yang untuk menuliskannya butuh berlembar-lembar kertas, juga memecahkan segudang rekor yang seolah-olah semua rekor di sepak bola kini hanya atas namanya, rupanya telah sampai pada puncak kekecewaannya.
Sebelum final, Messi percaya diri, dirinya akan bisa menjemput takdirnya untuk memberi trofi kepada negaranya. Messi mengaku tengah menikmati kebahagiaan seperti yang ia rasakan kala membela FC Barcelona dan yang sebelumnya sulit ia temukan kala berkostum Argentina. Namun, sekat antara bahagia dan sedih itu kiranya memang sangat tipis adanya. Seusai laga final, Messi justru meyatakan tidak akan lagi membela Argentina. Dia seperti sudah kehilangan gairan berkostum Argentina.