Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kala Belanda Mencari Tangga

11 Oktober 2016   15:43 Diperbarui: 12 Oktober 2016   15:22 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memphis Depay (kanan) kala melawan paul Pogba (Prancis)/Uefa.com

“Football is the glorious example of the ups and down of life”.

Begitu kata Gary Lineker menyebut sepak bola. Bahwa sepak bola itu contoh paling nyata betapa kehidupan kadang berada di atas dan sebentar saja ia sudah di bawah. Lineker benar. Dalam sepak bola, jamak terjadi klub yang awalnya digdaya lantas tak berdaya, pemain yang pernah dipuja-puja lantas dilupakan atau pelatih yang disanjung tinggi kemudian tahu-tahu dicaci-maki.Ujaran mantan penyerang Timnas Inggris itu juga cocok untuk menggambarka bagaimana kondisi Tim Nasional Belanda dalam beberapa tahun terakhir. Dari tim yang duduk manis di bagian paling atas sepak bola dunia, kini seolah berada di pucuk tebing. Tinggal menunggu kejatuhan ke jurang terdalam.

Ya, dua tahun lalu, ketika Timnas Belanda tampil di Piala Dunia 2014, saya meyakini tim Oranje punya prospek cerah di tahun-tahun mendatang. Rasanya banyak orang juga sependapat dengan saya. Ketika Belanda mengawali turnamen dengan menang 5-1 atas juar bertahan Spanyol dan mengakhiri turnamen di posisi tiga usai mengalahkan tuan rumah Brasil 3-0.

Kala itu, Belanda dihuni banyak pemain muda berbakat. Seperti kiper Jasper Cillesen yang waktu itu berusia 25 tahun, Daley Blind (24 tahun), Stefan de Vrij (22 tahun), Bruno Martins Indi (22 tahun), Georginio Wijnaldum (23 tahun), Jordy Clasie (23 tahun), dan Memphis Depay (20 tahun). Dengan banyak nya anak-anak muda itu, tidak sulit menyebut Belanda bisa berbicara banyak di Piala Eropa 2016.

Tapi yang terjadi. Astaga, Belanda malah gagal lolos. Mereka kalah bersaing dengan Rep.Ceko, Islandia dan Turki selama penyisihan. Itu sungguh mimpi buruk bagi negara juara Piala Eropa 1988 ini. Ke mana potensi anak-anak muda itu? Apakah mungkin tertinggal di Brazil pada 2014 lalu?

Piala Eropa 2016 berlalu tanpa adanya Belanda. Tetapi, Belanda yang mengalami kejatuhan terlihat susah untuk bangkit. Itu terlihat dari hasil minimalis yang mereka peroleh dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2018. Yang terbaru, Belanda kalah 0-1 dari Prancis di Amsterdam, Selasa (11/10) dini hari tadi.

Dari tiga pertandingan kualifikasi, Belanda yang diasuh Danny Blind, hanya mampu meraih hasil menang sekali, draw sekali dan kalah sekali. Kemenangan diraih atas tim lemah, Belarusia 4-1 pada 7 Oktober lalu. Satu laga imbang diperoleh ketika bermain 1-1 melawan tuan rumah Swedia (6/9/2016).

Dengan hasil itu, Belanda (4 poin) kini ada di posisi tiga Grup A di bawah Prancis (7 poin) dan Swedia (7 poin). Itu bukanlah posisi yang nyaman bagi Belanda. Sebab, hanya tim juara grup (dari sembilan grup) yang akan lolos langsung ke Piala Dunia 2018 di Rusia. Sementara delapan tim runner up akan tampil di babak play off. Hanya satu tim runner up terbaik yang lolos otomatis.  

Memang, masih ada tujuh (7) laga penentu siapa tim yang akan lolos ke Piala Dunia 2018 dari Grup A. Masih ada 21 poin yang bisa diraih. Namun, bila tidak segera move on, rasanya sulit membayangkan Belanda bisa lolos otomatis. Malahan, bukan tidak mungkin, Belanda akan kembali jadi penonton turnamen besar. Siapkah menerima kabar Belanda gagal lolos ke Piala Dunia 2018?

Andai saja benar Belanda gagal lolos ke Rusia 2018, sepak bola negeri bunga tulip ini tengah berada dalam krisis hebat. Itu bukan hanya soal mental karena Belanda gagal bangkit dari bencana gagal lolos ke Piala Eropa 2016.

Tetapi juga karena regenerasi pemain yang kurang berjalan baik. Ketika Robin van Persie, Dirk Kuyt, Klaas Jan Huntelaar telah undur diri, tidak ada nama-nama baru yang menjadi pembeda. Arjen Robben masih tetap “pemain kaca” yang mudah pecah (cedera). Wesley Sneijder di usia 32 tahun, tidak bisa terus dijadikan tumpuan. Sementara Memphis Depay yang diharapkan, nyatanya kehilangan form karena lebih sering jadi penonton di klub nya, Manchester United.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun