Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Inggris, Sang Ibu Sepak Bola yang “Sulit Bernyanyi”

28 Juni 2016   10:54 Diperbarui: 28 Juni 2016   13:48 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wayne Rooney dkk tertunduk lesu usai dikalahkan Islandia/Daily Mail

Orang Inggris itu suka menyanyi. Saking sukanya, selalu di tiap stadion jelang laga Liga Inggris dimulai, suporter di sana menyanyikan lagu klub masing-masing. Pun, ketika mendukung tim Inggris main, orang Inggris juga menyanyi. Lagunya tentu saja “God Save The Queen”, lagu kebangsaan Inggris. Dan, ada lagu yang secara makna, sangat ingin dinyanyikan fans Inggris. Lagu berjudul “Sing When You’re Winning” yang dinyanyikan biduan terkenal Inggris, Robbie Williams.

Tapi, jarang sekali lagu “Sing When You’re Winning” itu dinyanyikan fans Inggris karena benar-benar terjadi sesuai maknanya (Inggris juara). Sekali, orang Inggris bersuka ria bernyanyi ketika mereka memenangi Piala Dunia 1966 di rumah sendiri. Tapi, sejak itu, Inggris selalu jadi “cheer leaders” alias tim penggembira di turnamen besar.

Malah di Piala Eropa, turnamen demi turnamen, yang ada hanyalah sakit hati. Aneka macam kegetiran dan kesedihan, pernah dirasakan Inggris. Pernah mereka dibuat patah hati Jerman di rumah sendiri pada Piala Eropa 1996. Pernah pulang pulang cepat di Piala Eropa 2000, dan terakhir, dipermalukan penalti melengkung Andrea Pirlo ketika bersua Italia di perempat final Piala Eropa 2012 lalu.

Dan yang terbaru, malahan lebih menyakitkan dari yang pernah ada. Inggris disingkirkan negeri liliput yang baru sekali tampil di Piala Eropa, Islandia. Inggris takluk 1-2 dari negeri berpopulasi tak lebih dari 400 ribu penduduk itu pada babak 16 besar EURO 2016, Selasa (28/6) dini hari waktu Indonesia. Inggris pun pulang cepat. Tim Tiga Singa yang sempat disebut-sebut bakal bisa juara di EURO kali ini, nyatanya tetap saja melempem di turnamen internasional.

Mengutip pengandaian sastrawan Sindhunata yang meyebut Inggris sebagai ibu dari sepak bola--ketika bola dimainkan di London pada 1863 oleh beberapa pemuda--ternyata jadi ibu yang kesepian. Sebab, bertahun-tahun, bola itu pergi ke mana-mana. Ia dikasihi oleh siapa saja. Ia seakan tidak mau lagi kembali ke pangkuan ibunya. Si anak bernama bola yang bentuknya sederhana itu, ternyata jadi pengantar kesedihan bagi sang ibu nya.

Sebelumnya, ada banyak puji-pujian yang diterima Inggris dalam ikhtiar menuju Piala Eropa 2016. Mulai dari tim pertama yang lolos, hasil 100 persen menang di kualifikasi, hingga tim dengan raihan poin terbanyak. Puji-pujian berlanjut ketika Inggris menaklukkan Jerman, sang juara dunia, 2-3 dalam laga uji coba pada 26 Maret lalu. Pelatih Roy Hodgson, dipuji telah menemukan ‘tim pilihan’. Dan, Inggris pun dijagoan akan bisa memenangi Piala Eropa untuk kali pertama.

Hodgson disebut mendapatkan berkah karena Inggris kini dipenuhi banyak pemain muda yang matang di level klub. Inggris termasuk salah satu tim dengan rataan usia pemain paling muda. Di posisi bek ada nama John Stones (21 tahun), Nathaniel Clyne (25 tahun), Danny Rose (25 tahun) dan Kyle Walker (25 tahun). Di tengah ada Ross Barkley (22 tahun), Dele Alli (20 tahun), Eric Dier (22 tahun). Dan di depan, Harry Kane juga baru berusia 22 tahun.  

Tetapi yang terjadi di Prancis, Inggris langsung gagal mendapatkan kesan manis di pertandingan pertama fase grup. Ditahan 1-1 oleh Rusia. Meski, Inggris di laga itu sejatinya tampil agresif. Lalu, menang 2-1 atas Wales via gol menit akhir. Dan ditahan Slovakia 0-0.

Di babak 16 besar, Inggris bersua Islandia. Tentu saja, Inggris dijagokan lolos untuk bertemu Prancis di perempat final. Yang terjadi, meski unggul cepat via penalti Wayne Rooney di menit keempat, tetapi disamakan Ragnar Sigurdsson dua menit kemudian. Dan, justru berbalik tertinggal 1-2 via gol Kolbeinn Sigborsson. Apa daya, skor itu tak berubah. Meski Inggris terus menekan. Meski Inggris memainkan semua strikernya: Harry Kane, Daniel Sturridge juga Jamie Vardy dan Marcus Rashford. Dan, seusai laga yang memalukan bagi sang ibu sepak bola itu, pelatih kepala Tim Inggris, Roy Hodgson langsung menyatakan mundur. Begitu juga asistennya, Gary Neville.

Kenapa Inggris Pulang Cepat?

Mengamati penampilan Inggris di Piala Eropa 2016 bak dongeng ada anak singa yang tidak tahu dirinya singa karena lama diasuh oleh domba. Ya, Inggris yang sejatinya punya skuad hebat, bertenaga dan penuh potensi, nyatanya bermain bak tim ‘pendatang baru’.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun