“Thank you God for another grand prix gold tittle at Thailand Open 2017. We won’t stop working hard to achieve more in the future. Semoga ini menjadi batu loncatan buat prestasi kami semua ke depannya”.
Begitu tulisan Greysia Polii di akun Instagram nya. Tulisan yang ia posting di Bangkok, Minggu (4/6) kemarin itu merupakan narasi dari foto trofi juara SCG Thailand Open 2017 yang dipegangnya. Greysia Polii yang berpasangan dengan junior nya, Apriani Rahayu, jadi juara setelah mengalahkan wakil Thailand, Chayanit Chaladchalam/Phataimas Muenwong 21-12, 21-12.
Sebuah gelar yang menurut saya spesial. Spesial karena ini adalah penampilan perdana Greysia/Apriana di level grand prix gold. Pasangan beda usia 10 tahun ini baru dipasangkan sekitar satu bulan lalu untuk persiapan tampil di nomor beregu campuran di Piala Sudirman 2017. Sebelumnya, Greysia berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari yang cedera sejak Desember 2016 lalu.
Nah, selama Nitya cedera, beberapa pemain sempat dipasangkan dengan Greysia seperti Rosyita Eka Putri Sari dan Rizki Amelia Pradipta. Namun, hasilnya masih kurang menggembirakan. Ternyata Gresya “berjodoh” dengan Apriani. Keduanya tampil memikat di laga “hidup mati” melawan pasangan top Denmark, Christinna Pedersen/Kamilla Rytther Juhl pada babak grup Piala Sudirman 2017.
Memang, Indonesia akhirnya langsung tersingkir di fase grup. Dan itu merupakan pencapaian terburuk bagi Indonesia di ajang Piala Sudirman. Namun, selalu ada berkah terselubung dari setiap kegagalan. Ya, sebuah blessing in disguise. Dan berkah itu adalah penampilan memikat Apriani Rahayu di Piala Sudirman.
Badmintalk.com memuji Apriani sebagai ‘a potential young Indonesian Player”. Bahkan, Apriani yang ketika di kelas junior meraih medali perak Kejuaraan Dunia Junior 2014 di sektor ganda putri berpasangan dengan Rosyita Eka Putri Sari, disebut akan bisa jadi “a world star player” bila dipoles dengan benar.
“Progres yang baik dari Greysia/Apriani sebagai pasangan senior junior bisa saling menjaga komunikasi yang baik sehingga tidak ada tasa canggung terutama dari pihak Apri yang saya khawatirkan akan menjadi beban karena berpasangan dengan Greysia sebagia senior,” ujar Eng Hian, pelatih ganda putri dikutip dari BadmintonIndonesia.org
“Saya salut untuk Gresya yang bisa membawa junior nya untuk meraih gelar. Di posisi ini peran Greysia sangat penting untuk menjaga pikiran diri sendiri dan terutama ke Apriani nya yang pasti ada rasa tegang,” sambung Eng Hian.
Gelar juara di Thailand Open 2017 ini merupakan juara pertama kalinya di turnamen kelas GPG bagi Apriani. Usai memastikan kemenangan di babak final ini, Apriani terlihat terduduk dan menangis di tengah lapangan. Apriani juga sempat bersujud dan menghapus air matanya.
“Menurut saya, kegagalan bukan berarti kita menyerah. Tapi kegagalan adalah motivasi untuk terus belajar, bukan untuk terus terpuruk. Hari ini saya senang sekaligus bangga,” ujar Apriani.