Bukan hanya jalanan di perkotaan. Di perdesaan pun sama saja. Lha wong mereka yang tinggal di desa, banyak yang bekerja di kota.
Beberapa kali ketika mengantar istri belanja ke tukang sayur ataupun mengantar anak ke sekolah, pemandangan pengendara yang memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, mudah ditemui.
Bahkan, di area sekolah, ketika anak-anak menyeberang jalan di depan sekolahnya, sedikit sekali pengendara yang lantas berhenti untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak sekolah menyeberang.
Saya seringkali melihat, mereka harus menunggu beberapa menit untuk sekadar menyeberang jalan. Pun, petugas penjaga di sekolah yang bertugas menyeberangkan mereka, tidak bisa berbuat banyak.
Bisa jadi karena para pengguna jalan itu merasa bakal terlambat datang ke tempat kerjanya, atau terburu-buru karena hal lain sehingga tidak ada yang mau mengalah untuk sekadar berhenti sejenak agar anak-anak itu melintasi jalan.
Malah pernah, ada siswa yang tertabrak motor di depan sekolahnya karena tidak ada yang menyeberangkan, sementara dia harus menghadapi para pengendara yang ugal-ugalan itu.
Pelanggar lalu lintas masih banyak
Pendek kata, ada banyak pengguna jalan yang minim kesadaran tentang keamanan dan keselamatan dalam berlalu lintas di jalan. Imbasnya, mereka melanggar aturan berlalu lintas.
Padahal, itu bisa menjadi penyebab naiknya angka kecelakaan lalu lintas.
Melansir dari Kompas.id, Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya melakukan Operasi Keselamatan Jaya 2024 pada awal Maret 2024 lalu. Operasi ini berlangsung selama dua pekan (4-17 Maret) untuk menekan kecelakaan lalu lintas sembari meningkatkan kesadaran warga saat berkendara.
Hasilnya, selama sembilan hari (4-17 Maret 2024) Operasi Keselamatan Jaya 2024, polisi mengeluarkan 9.183 surat tilang dan memberikan 17.663 teguran.