Melihat ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu/Sti Fadia Silva Ramadhanti melaju ke semifinal Malaysia Open 2022 usai mengalahkan ganda ranking 1 dunia asal Tiongkok, Jumat (1/7) petang kemarin, saya semakin yakin bahwa selalu ada hikmah dari setiap peristiwa.
Ada hikmah dari setiap perubahan. Mungkin, perubahan itu awalnya dianggap sebagai periode gelap. Namun, kita hanya perlu bersabar menunggu waktu datangnya terang.
Ketika Greysia Polii memutuskan untuk ganteng raket pada bulan Juni kemarin, awalnya juga tidak sedikit yang menganggapnya sebagai momen pahit bagi sektor ganda putri Indonesia.
Indonesia kehilangan pemain senior yang tidak hanya telah memberikan banyak gelar, tetapi juga telah memberikan pengaruh besar bagi perkembangan pemain-pemain muda.
Dan dampak yang paling kasat mata dari mundurnya Greysia adalah cerita ganda putri terkuat Indonesia, Greysia/Apriyani Rahayu harus tutup buku. Kita tidak bisa lagi menyaksikan kiprah ganda putri pertama Indonesia yang meraih medali emas Olimpiade.
Toh, kita harus menghargai keputusan Greysia Polii. Setelah belasan tahun mengabdikan hidupnya di bulutangkis, kita harus memahami bila dia juga ingin mengukir kehidupan baru.
Fusion Apriyani/Fadia langsung padu, digadang jadi ganda putri ranking 1 dunia
Tapi, kembali lagi pada awal tulisan ini, selalu ada hikmah dari setiap peristiwa. Hikmah dari mundurnya Greysia, kita jadi bisa menyaksikan duet baru, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti.
Awalnya, mungkin banyak dari kita yang mengira mereka nggak cocok dipasangkan.
Padahal, pelatih pasti lebih tahu. Padahal, kita ini siapa. Pemain atau mantan pemain bukan. Main bulutangkis juga mungkin amburadul. Hanya bisa mengamati.
Namun, lihatlah, setelah sukses meraih medali emas perorangan di SEA Games 2022, Apriyani/Fadia hanya butuh waktu singkat untuk memberikan pesan bahwa mereka bisa menjadi pasangan hebat.