Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Tiga Pelayan, Bonus dalam Pekerjaan, dan Tukang Laundry yang Jujur

13 Desember 2021   16:02 Diperbarui: 15 Desember 2021   10:32 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sampeyan (Anda) yang terbiasa menggunakan jasa laundry untuk mencuci dan menyetrika pakaian, apa yang membuat sampeyan merasa mantap memilih tempat laundry tersebut?

Pastinya akan muncul banyak jawaban.

Mungkin karena kerjanya cepat. Tepat waktu. Bisa juga karena hasil kerjanya rapi dan wangi. Mungkin juga karena pengemasan pakaiannya yang bagus.

Atau juga karena faktor orangnya alias tukang laundrynya yang baik. Ramah. Tutur bahasanya sopan. Suka senyum.

Atau mungkin karena alasan lain semisal mau jemput dan antar pakaian ke rumah. Atau alasan lainnya karena harganya lebih murah dibandingkan di tempat lain.

Bahkan, jawabannya bisa semakin panjang semisal karena orang yang punya laundry jujur.

Dan memang, bisnis laundry kini menjamur. Ada di mana-mana. Tentu, setiap jasa laundry tersebut menawarkan keunggulan masing-masing demi menarik pelanggan.

Cerita menginspirasi dari buku Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier

Perihal alasan memilih jasa laundry ini, saya teringat sebuah kisah inspiratif di buku "Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier".

Selaras dengan judulnya, buku yang ditulis Presiden Direktur Sun Life Financial Indonesia, Elin Waty yang merupakan penikmat kopi hitam ini berkisah perihal dinamika yang terjadi di dunia kerja.

Nah, dalam cerita berjudul "Kerja Keras Saja Tidak Cukup", Bu Elin dicurhati seorang karyawati dari perusahaan yang sama tapi beda bagian dan kota.

Karyawati itu bercerita perihal bonus yang diterimnya standar banget. Padahal, dirinya merasa sudah bekerja keras, tidak pernah terlambat datang ke kantor, dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Dari 20 kisah di buku tersebut, ini yang paling 'mak jleb' bagi saya. Utamanya setelah membaca bagaimana Bu Elin menanggapi luapan keresahan sang karyawan tersebut.

Dia bercerita tentang seorang pelanggan di restoran. Suatu hari, dia disambut pelayan A yang menyambut dengan berucap 'Selamat siang, Pak. Bapak mau pesan apa?".

Bapak itu memesan orange juice.

Usai mencatat, pelayan A lantas berujar, "Tunggu sebentar ya, Pak".

Tidak lama kemudian, si pelayan A datang membawa pesanan bapak tersebut sembari mengatakan, "selamat menikmati, Pak".

Hari berikutnya, bapak itu datang lagi ke restoran yang sama. Kali ini dilayani pelayan B.

"Selamat siang Pak, bapak mau pesan apa?". Dijawab, "orange juice saja," jawabnya.

Pelayan B bertanya lagi. "Gula dan esnya mau dipisah atau dicampur, pak?". Si bapak menjawab, "toong gulanya dipisah tetai esnya langsung saja di jusnya".

Pelayan B mencatat pesanannya dan meminta si bapak menunggu sebentar. Beberapa menit kemudian, dia kembali membawa pesanan si bapak sembari berujar.

"Ini orange juice-nya, pak. Esnya sudah langsung di jusnya. Gulanya juga sudah saya pisah sesuai permintaan bapak. Selamat menikmati pak".

Keesokan harinya lagi, di bapak kembali ke restoran yang sama. Kali ini, dia dilayani oleh pelayan C. "Selamat siang pak, bapak mau pesan apa?" tanya pelayan C.

Bapak itu memesan minuman yang sama--orange juice dan pelayan C bertanya, "gula dan esnya mau dipisah atau langsung pak".

Si bapak menjawab," Tolong gulanya dipisah, tapi esnya langsun saja di jusnya. Pelayan langsung mencatat pesanannya dan bilang, "Tunggu sebentar ya pak".

Lalu, pelayan C datang membawa pesana bapak tersebut dengan hiasan sepotong jeruk di pinggir gelas dan mengatakan, "Ini orange juicenya ya, pak. Es nya sudah langsung di jusnya. Gulanya sudah saya pisah sesuai permintaan bapak. Selamat menikmati pak".

Apa pesan dari cerita pelayan A, B, dan C yang melayani bapak pelanggan yang sama tersebut?

Bahwa, pelayan A adalah gambaran karyawan yang menjalankan tugasnya dengan baik. Rajin, sopan, dan tepat waktu. Tapi, dia memang digaji untuk melakukan hal tersebut.

Sementara pelayan B, selain sopan dan menjalankan tugasnya dengan baik, dia berusaha mencari tahu keinginan pelanggannya.

Adapun pelayan C, selain sopan dan berusaha mencari tahu keinginan pelanggannya, dia juga kreatif.

Nah, ketika ada pembagian bonus, kira-kira pelayan manakah yang akan mendapatkan bonus terbesar dan mana yang bonusnya paling kecil? Sampeyan pasti punya jawaban yang tepat.

Pesan dari cerita di buku tersebut, bila kita hanya menjalankan tugas dengan baik sesuai job description, itu merupakan tanggung jawab karena digaji. Kita digaji untuk melakukan tugas itu. Jadi sebenarnya tidak berhak mendapatkan bonus bila cuma menjalankan pekerjaan baik. Karena sudah digaji.

Bila sampeyan tidak melaksanakan pekerjaan dengan baik padahal digaji, tentu sampeyan salah.

Tapi, kalau ingin mendapatkan bonus, kita harus melakukan lebih dari pekerjaan standar sesuai gaji kita.

Tukang laundry yang jujur

Lalu, apa korelasi antara cerita tiga pelayan yang menyajikan juice orange itu tersebut dengan tukang laundry yang saya singgung di awal tulisan?

Sebagai pengguna jasa laundry, utamanya khusus untuk menyetrika baju (karena untuk cuci kering selama ini dilakukan sendiri), saya punya pengalaman beberapa kali berganti-ganti menggunakan jasa mereka.

Ada yang karena alasan tempatnya dekat rumah. Ada yang cepat kerjaannya. Ada pula yang bagus ngemasin pakaian setelah disetrika. Harum pula.

Tentu itu bagus. Dia melaksakan tugasnya dengan baik. Tapi, itu memang sudah tugasnya jasa laundry bukan? Sebagai pengguna jasa, kita membayar untuk itu. Anggap saja itu seperti pelayan A tadi.

Karenanya, meski bagus, pelayanan seperti itu terbilang biasa. Sebab, tukang laundry lainnya juga banyak yang menawarkan keunggulan sama seperti itu. Karenanya, bisa saja orang berpaling ke tukang laundry lainnya yang pelayannya dirasa lebih oke.

Selain karena pelayanan yang bagus dan hasilnya memuaskan, ada pula jasa laundry yang mau 'jemput bola'. Mereka menyediakan nomor WhatsApp yang bisa di-WA kapan saja.

Pelanggan tak perlu repot telpon apalagi mendatangi ke tempatnya. Mereka siap mengambil pakaian yang akan dilaundry sekaligus mengantarnya di rumah pelanggannya bila sudah selesai.

Jasa laundry yang begini tentu lebih disukai oleh pelanggan. Saya yakin, banyak pelanggan yang loyal menggunakan jasa mereka. Anggap saja itu bonus bagi mereka.

Tukang laundry langganan saya sekarang juga seperti itu. Mereka kreatif dalam menjalankan bisnisnya. Mau jemput bola dengan mengambil pakaian yang akan disetrika ke rumah. Pagi sebelum jam 06.00 mereka sudah tiba di rumah.

Orangnya juga sopan. Sebelum masuk mengambil pakaian, dia mengetuk pagar dan berucap salam.

Tapi, yang paling membuat saya respek dengannya adalah kejujurannya.  Dia tidak mau mengambil barang yang memang bukan miliknya. Meski mungkin tidak ada orang yang tahu.

Beberapa kali, duit yang tanpa sadar ada di kantong celana ataupun saku baju dan ikut disetrika, dikembalikan. Dibungkus plastik dan dikasih perekat, lantas ditaruh di dalam packingan rapi.

Malah pernah, saya kaget ketika menerima pakaian yang sudah dikemas rapi usai disetrika itu. Sebab, di dalamnya ada duit Rp 100 ribu. Duit saya yang tertinggal di saku celana.

Namun, dia tidak tergoda untuk mengambilnya. Dia kembalikan itu. Padahal, saya saja tidak tahu bila di celana atau baju yang akan disetrika itu ada duit gedhe.

Bila duit receh, atau duit kertas  semisal dua ribu atau lima ribu dikembalikan, itu mungkin masih biasa karena memang besarannya kecil. Namun, bila duitnya 100 ribu dan dikembalikan, itu luar biasa. Itu kejujuran yang sulit dicari.

Dan memang, kejujuran itu tentu sudah terlatih. Melatih diri untuk tidak tergoda mengambil yang kecil. Sehingga, ketika tahu yang besar pun, dia tidak tergoda.

Ah, andai pak laundry ini menjadi pejabat, dia bakal menjadi abdi negara yang berintegritas. Pejabat yang jujur. Tak mau korupsi. Tak mau mengambil duit negara karena tahu itu bukan miliknya.

Seperti dia memilih untuk mengembalikan duit pelangganya ketimbang mengambilnya. Padahal, tidak ada yang mengetahui perbuatannya itu  karena pelanggannya juga tidak tahu ada uang tersebut.

Seperti cerita di buku tadi, pak laundry ini persis seperti pelayan C yang karena dia bekerja lebih dari sekadar job desknya, dia layak mendapatkan bonus besar. Bahwa, rezekinya semakin lapang karena ada banyak orang yang percaya dan senang menggunakan jasanya. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun