Xavi (41 tahun), sejak pensiun bermain bola, dia melatih klub Qatar, Al-Sadd mulai Mei 2019 silam.
Reputasi bagusnya selama menjadi pemain, dia diteruskan saat melatih klub itu. Al-Sadd dibawanya meraih tujuh gelar hanya dalam waktu dua musim (2019-2021).
Hebatnya lagi, Al-Sadd dibawanya bermain dengan 'cara Xavi'. Permainan yang mengandalkan umpan-umpan pendek cepat seperti saat dirinya menjadi maestro lapagan tengah Barcelona.
Akhir Oktober lalu, Ketika Barcelona datang meminangnya untuk mengisi posisi pelatih yang lowong usai dipecatnya Ronald Koeman, Xavi jelas dalam posisi galau.
Dia sudah terlanjur cinta dengan Al-Sadd. Namun, godaan melatih klub yang menjadi separuh hidupnya, jelas sulit ditolak.
Dia pun menuruti kata hatinya. Kembali ke Barcelona sebagai pelatih dengan kontrak hingga Juni 2021. Awal November, sang legenda resmi melatih klub yang telah menjadikannya legenda. Bukankah itu terdengar sangat keren.
Cerita Gerrard pun begitu.
Selepas gantung sepatu, mantan kapten Liverpool ini mantap 'banting stir' menjadi pelatih. Bila kebanyakan rekan seangkatannya melatih di klub divisi bawah di Inggris, Gerrard berbeda.
Sempat dipercaya membesut tim akademi Liverpool, dia lantas menyeberang ke Skotlandia, melatih klub tenar yang sudah lama 'kering prestasi', Glasgow Rangers.
Di musim pertamanya 2018/19, meski hanya membawa Rangers jadi runner-up, tetapi timnya Gerrard mampu mengalahkan Celtic. Itu menjadi pesan bahwa sukses akan datang.
Dan benar, semusim kemudian, Rangers dibawanya meraih sukses. Musim 2020/21 lalu, Rangers jadi juara Premiership Skotlandia setelah kali terakhir juara pada musim 2010/11.