Piala Sudirman yang terinspirasi dari nama tokoh bulutangkis Indonesia, Dick Sudirman, rupanya belum mau berpisah dari tim bulutangkis China.
Meski turnamen bulutangkis beregu ini kembali digelar di Eropa setelah 14 tahun lamanya (usai dua kali beruntun digelar di China), Piala Sudirman ternyata masih 'akrab' dengan tim China.
Tadi malam, China yang memang tahu jurusnya menjadi juara, memenangi Piala Sudirman 2021 usai mengalahkan Jepang 3-1 di final yang digelar di Vantaa, Finlandia, Minggu (3/10).
Ini merupakan gelar ke-12 China dari 17 kali penyelenggaraan Piala Sudirman sejak tahun 1989 silam. Itu menjadi bukti, China mendominasi turnamen beregu yang memainkan lima nomor di bulutangkis ini.
Sulit menghentikan dominasi mereka. Indonesia yang tahun ini memiliki skuad lebih bagus dibanding sebelumnya pun tak mampu. Indonesia masih memendam mimpi juara lagi sejak menjuarainya tahun 1989 silam.
Begitu juga Jepang yang masih penasaran ingin juara untuk kali pertama, lagi-lagi harus mengakui keunggulan China. Final tadi malam merupakan kali ketiga dalam enam tahun terakhir, China dan Jepang berjumpa di final Piala Sudirman.
Di dua pertemuan di final sebelumnya di tahun 2015 dan 2019 yang digelar di China, sang tuan rumah berjaya. Mereka menang 3-0 atas Jepang.
Kini, meski Piala Sudirman digelar di tempat netral, di Eropa, Jepang belum mampu menghentikan China.
Kemenangan Shi Yuqi atas Kento Momota bernilai krusial
Lalu, apa rahasianya China bisa juara?