Peraih medali perunggu Olimpiade 2020 ini bahkan kalah dua game langsung dengan skor cukup mencolok, 9-21, 15-21. Padahal, di pertemuan terakhir, Ginting bisa mengalahkan Antonsen.
Dua kekalahan pemain tunggal itu membuat Indonesia tertinggal 1-2 dari Denmark. Namun, Indonesia masih berpeluang membalik situasi. Sebab, dua game berikutnya memainkan nomor ganda.
Efek penampilan di Olimpiade, tiga ganda Indonesia tampil meyakinkan
Di game keempat, waktunya ganda putri. Pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu menghadapi pasangan Sara Thygesen/Maiken Fruergaard yang kini menempati ranking 16 dunia.
Kedua pasangan ini pernah berjumpa di final Indonesia Masters 2020. Kala itu, Greysia/Apriyani mengalahkan Sara/Maiken lewat rubber game alias tiga game.
Namun, kali ini, Â Greysia/Apriyani memperlihatkan bahwa level permainan mereka sudah meningkat pesat. Pasangan ganda putri peraih medali emas Olimpiade 2020 ini menang straight game 21-17, 21-9. Skor pun sama kuat 2-2.
Ya, Greysia/Apriyani kini memang menjadi sumber poin bagi Indonesia. Sebelumnya, di laga melawan Kanada (27/9), mereka juga meraih poin penyama skor saat Indonesia tertinggal 1-2.
Penampilan mereka semakin konsisten. Kemenangan di Olimpiade telah mengubah mentalitas mereka di lapangan. Dari pasangan yang selalu ingin meraih kemenangan, kini menjadi pasangan yang sangat sulit dikalahkan.
Bahkan, perolehan poin itu menunjukkan bahwa mereka bermain sangat efektif. Dalam artian tidak melakukan kesalahan sendiri yang menjadi poin bagi lawan. Itu merupakan karakter ganda top dunia.
Sementara Praveen/Melati yang menjadi penentu kemenangan tim Indonesia atas Denmark, juga menjadi pemain yang lebih baik setelah penampilan di Olimpiade.
Kegagalan meraih medali di Olimpiade membuat Praveen dan Melati bak menemukan ruang untuk mengevaluasi penampilan. Mereka langsung bisa move on di Piala Sudirman 2019. Penampilan mereka di laga melawan Rusia dan Denmark menjadi buktinya.