Orangtua yang permisif akan memanjakan anak-anaknya dengan membiarkan mereka melakukan apapun yang diinginkan tanpa mengajari makna bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Kebanyakan, alasan orangtua bersikap demikian karena terlalu sayang pada anak-anaknya. Padahal, pola asuh seperti ini kelak bisa menjadi bencana bagi anak. Ibarat bom waktu yang akan meledak pada waktunya.
Dampak dari pola asuh permisif, anak cenderung menjadi sangat egois. Mereka kurang bisa peduli dengan orang lain dan kurang bisa mengembangkan hubungan yang dalam. Mereka juga akan mudah menghakimi dan mengkritik.
Tipe ketiga adalah orangtua pengkritik.
Orangtua seperti ini cenderung suka membandingkan anak-anak mereka dengan anak lain yang mereka anggap lebih baik. Mereka memiliki harapan terlalu tinggi sehingga sulit untuk disenangkan. Parahnya, mereka cenderung menggunakan kata-kata negatif ketika membandingkan anaknya dengan anak lainnya.
Tipikal orangtua dengan pola asuh pengkritik akan membuat anak-anak tumbuh dengan rasa bersalah dan sering berkata-kata negatif terhadap diri sendiri. Ketika berada di lingkungan baru, mereka cenderung tidak percaya diri dan suka membuat alasan karena hanya takut dievaluasi.
Dampak buruk lainnya, anak-anak dengan pola asuh dikritik ini sering mengkritik diri sendiri dengan berlebihan hanya untuk kesalahan kecil. Mereka juga sulit melupakan kejadian ketika mereka kecewa dengan diri sendiri ataupun orang lain.
Karena terbiasa dikritik dan dianggap tidak mampu, kepercayaan dirinya menjadi sangat kecil. Bahkan, mereka mungkin tidak dapat melihat diri mereka sukses meski ketika mereka mencapai kesuksesan.
Adapun tipe pola asuh keempat adalah orangtua otoritatif.
Pola asuh jenis ini menekankan pada pengajaran anak-anak untuk bertanggung jawab dengan perbuatan mereka, tetapi juga memperlakukan dengan baik dan mengasihi mereka. Orangtua otoritatif juga cenderung untuk menanyakan fakta-fakta kepada anak-anak sebelum mengambil keputusan.
Orangtua otoritatif akan menyediakan kesempatan bagi anak untuk memilih dan mendisplinkan anak atas dasar kasih sayang konsisten. Mereka mengizinkan anak mereka untuk mengalami konsekuensi atas apa yang dilakukannya.