Dimulainya pembelajaran tatap muka di sekolah menjadi pengalaman baru bagi dua anak saya. Untuk kali pertama setelah sekitar 1,5 tahun belajar daring dari rumah, mereka kini belajar di sekolah.
Saya menyebut pengalaman baru bagi dua anak saya bukan karena mereka baru bersekolah dalam artian masuk kelas 1.
Si kakak kini kelas 5 SD dan adiknya kelas SD. Pengalaman baru karena akan bertemu dengan teman-teman yang baru. Bukan teman-teman sebelumnya. Pandemi membuat saya mengambil keputusan memindahkan sekolah mereka.
Ketika saya mengantar mereka, saya tidak lantas pulang. Saya mematung di depan sekolah selama beberapa menit.
Mengamati mereka yang menunggu jam masuk sekolah. Melihat bagaimana mereka bertemu dengan teman-teman barunya. Saya merasa cemas bila mereka merasa asing di sekolah barunya.
Sepulang sekolah di hari pertama, saya bertanya ke mereka, apakah sudah berkenalan dengan teman-teman baru mereka. Keduanya menggeleng. Tapi mengaku senang dengan cara gurunya mengajar yang menurut mereka tidak membosankan.
Beberapa hari kemudian, ketika menjemput si kakak pulang sekolah, tanpa ditanya, dia semangat berujar.
"Ayah, kakak sudah punya teman buanyaak. Sekolahnya menyenangkan,' ujar si kakak yang tentu saja membuat saya lega.
Esoknya, giliran si adik yang masuk sekolah. Hari kedua. Dibanding kakaknya yang memang mudah bergaul dengan siapa saja, bocah berusia 8 tahun ini memang lebih selektif dalam memilih teman. Namun, dia senang bercerita. Bila sudah kenal, ada saja yang ingin dia ceritakan.
"Yah, adik sudah punya teman di kelas. Tadi pak gurunya sueruu ngajarnya," ujar si adik bersemangat bercerita di atas motor yang melaju.