Di tengah, Declan Rice dan Kalvin Phillips yang jadi pilihan sejak awal turnamen, kembali main bareng. Di depan, Harry Kane didukung Raheem Sterling dan Mason Mount.
Hingga akhir babak pertama, Inggris tampak solid. Pertahanannya sulit ditembus. Italia tampak bingung mencari celah untuk masuk ke area gawang Inggris. Lorenzo Insigne dan kawan-kawannya kesulitan mendapatkan peluang.
Hingga di menit ke-67, bermula dari sepak pojok, kekacauan terjadi di pertahanan Inggris. Bek Italia, Leonardo Bonucci beruntung bola menghampirinya. Sekali tendang jadi gol. Skor pun berubah 1-1.
Southgate yang ingin Inggris menang di waktu normal, lantas memasukkan Bukayo Saka menggantikan Tripper di menit ke-71 dan Jordan Henderson menggantikan Rice di menit ke-74.
Namun, dua pergantian itu tidak mengubah situasi. Skor tidak berubah. Laga berlanjut perpanjangan waktu.
Giliran Jack Grealish dimasukkan di menit ke-99 menggantikan Mount yang kurang optimal. Grealish yang punya dribling dan umpan bagus, diharapkan bisa membuat kejutan.
Southgate tidak ingin laga berujung adu penalti. Bila harus memilih, dia tentu ingin menang di masa seperti extra time seperti saat mengalahkan Denmark di semifinal.
Namun, hingga menit 119, tidak ada gol. Adu penalti di depan mata. Southgate lalu memasukkan Marcus Rashford dan Jadon Sancho di menit ke-120. Tujuannya tentu menjadikan mereka penendang penalti. Sebab, keduanya piawai menendang penalti di level klub.
Merasakan ketegangan adu penalti di stadion
Usai menyaksikan langsung drama adu penalti itu dari layar kaca televisi dengan volume rada kencang, beberapa jam kemudian saya menyaksikan ulang cuplikannya dari Youtube. Di kanal Football Addict.
Kanal ini menyajikan adu penalti itu dari angle berbeda. Dari rekaman suporter Inggris di tribun. Karenanya, gambarnya wide. Terkadang di zoom in zoom out agar fokus.