Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kabar Duka, Kampanye Setop Berita Covid, dan Mengatasi Kecemasan

9 Juli 2021   10:36 Diperbarui: 9 Juli 2021   11:07 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam seminggu terakhir, pengeras suara di musala kampung di sekitar perumahan yang saya tinggali, seringkali 'meraung' selepas Shubuh. Beberapa kali ada pengumuman kabar duka.

Di kampung, memang seperti itu cara warganya untuk mengabarkan berita duka kepada warga lainnya. Memanfaatkan pelantang suara di musala ataupun masjid.

"Assalamualaikum. Innalillahi....telah meninggal dunia bapak....warga RT...."

Dulu, semasa bocah, saya sudah bisa menerka pengumuman duka itu, bahkan sebelum diumumkan.

Pokoknya, ketika pengeras suara di musala mendadak berbunyi padahal belum masuk waktu adzan sholat, berarti ada orang yang meninggal.

Tetapi memang, seingat saya, dulu intensitas pengumuman kabar duka di musala itu tidak pernah sesering seperti sekarang yang seolah hampir setiap hari.

Tidak hanya pengumuman dari pengeras suara di musala, kabar duka juga berseliweran di ruang percapakan WhatsApp. Dari beberapa grup WA yang saya ikuti, hampir setiap hari ada kabar duka.

Ada kawan atau saudaranya kawan yang kita kenal berpulang. Ada pesohor yang meninggal. Hingga kabar ada banyak orang yang tidak kita kenal, pergi untuk selamanya.

Bila dulu pesan broadscast yang dibagikan di grup-grup WhatsApp umumnya berupa tips, motivasi, ataupun humor lucu, kini malah berisikan kabar duka.

Tapi, itulah potret situasi yang sedang terjadi sekarang. Kabar duka merebak seiring kembali tingginya kasus harian Covid-19 setelah sempat menurun.

Ambil contoh di Jawa Timur, dari 38 kabupaten/kota, mayoritas kini masuk zona merah alias tinggi risiko penularannya. Termasuk di kabupaten yang saya tinggali. Hanya sedikit saja yang zona oranye.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun