Bila cuti sehari mungkin tidak akan terlalu terasa bagi yang meng-cover. Namun, bila cuti yang diambil terlalu lama dan terlalu sering, tentunya akan menjadi beban bagi orang lain yang harus bekerja dobel.
Karena alasan itu, sepengetahuan saya, kawan-kawan pekerja media sangat jarang mengambil cuit terlalu lama. Mereka merasa tidak enak bila harus merepotkan kawan lainnya.
Mereka hanya mengambil cuti panjang semisal ketika Lebaran. Itupun sudah ada pengaturan dari pihak kepala desk redaksi. Cutinya dibuat bergantian.
Toh, selama libur Lebaran, biasanya tidak banyak terjadi peristiwa semisal politik, kriminal, ataupun olahraga. Yang banyak adalah tempat-tempat wisata yang ramai. Â
Atau ketika ada kawan yang mengambil cuti hamil. Itupun sudah ada kebijakan dari kepala redaksi untuk mengatur pos yang ditinggalkan kawan cuti hamil tersebut agar diambil teman lainnya. Umumnya akan ada rolling. Diputar wilayah liputannya.
Cuti itu bagus untuk mengisi 'baterai"
Karena alasan tidak enak kepada teman kerja itu tadi, meski setiap tenaga kerja berhak mendapatkan satu hari cuti dalam sebulan, tidak banyak kawan media yang memilih mengambilnya.
Tetapi memang, cuti bagi karyawan sebenarnya punya tujuan bagus. Libur sejenak juga bertujuan untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani bagi para karyawan.
Terlebih bagi awak media yang pekerjaannya melelahkan fisik dan pikiran. Sebab, dalam sehari, mereka harus bergerak ke banyak tempat. Lantas,menguras pikiran karena harus menghasilkan tulisan yang selesai saat itu juga.
Cuti yang sesuai porsi, akan menjadi jeda yang penting. Cuti bagus untuk mengisi baterai tenaga dan pikiran yang sudah terkuras. Setelah kembali dari cuti, pikiran dan badan bisa kembali segar.
Dulu, semasa bekerja di media, bagi saya yang jarang mengambil cuti, jatah libur sehari dalam sepekan, sudah cukup untuk mengisi 'baterai'.