Bukan karena sulit untuk mengajukan izin cuti. Tapi lebih karena ada perasaan 'tidak enak' dengan rekan kerja lainnya. Seolah ada perasaan serba salah bagi yang mengambilnya.
Merasa perlu mengambil cuti, terlebih bila memang sifatnya penting. Tetapi juga dibayangi perasaan tidak enak dengan rekan kerja lainnya. Kuncinya, cuti bekerja boleh saja, asal jangan terlalu.
Jangan cuti terlalu lama atau terlalu sering
Ketika bekerja di media, utamanya sebagai pencari berita, setiap pekerja sudah punya tugas masing-masing. Setiap individu punya kewajiban yang berbeda dengan lainnya. Ada yang ditugaskan sesuai wilayah liputan. Ada yang dibekerjakan sesuai desk/bagian liputan.
Ambil contoh pengalaman ketika dulu bertugas di Jakarta. Ada kawan yang ditugaskan meliput di Mabes Polri. Ada yang di Kejaksaan Agung, di gedung DPR, di gedung KPK, di kantor PSSI, hingga yang ditugaskan floating atapun all round di lapangan.
Setiap mereka punya kewajiban untuk menuliskan berita yang terjadi pada hari itu di lokasi liputan masing-masing. Bilapun ada yang libur karena jatah libur, area liputan yang libur tersebut bisa 'ditengok' teman lainnya.
Di daerah, kebanyakan teman-teman pekerja media malah tidak hanya meng-cover satu lokasi liputan. Tetapi satu wilayah. Mereka siap bergerak liputan ke banyak tempat.
Semisal kawan-kawan jurnalis media nasional yang ditempatkan di Surabaya, dalam sehari mereka bisa menjangkau tiga atau empat lokasi liputan atau bahkan lebih.
Mereka tidak hanya stand by meliput agenda pemerintahan. Semisal bila ada jumpa pers, mereka tidak meliput lantas leyeh-leyeh . Tidak begitu. Mereka juga harus menjangkau kabar dari ekonomi, kriminal, hingga olahraga.Â
Bahkan, mereka terkadang harus bergerak ke kota tetangga seperti Sidoarjo ataupun Gresik bila ada kejadian yang besar dan mendapat perhatian skala nasional. Ketika dulu ditugaskan di Malang, saya pun merasakan siklus kerja seperti itu.
Bila seperti itu, bila ada pekerja media yang sedang mengambil cuti, berarti tanggung jawab kerjanya akan diserahkan kepada orang lain. Karena tidak mungkin, pos yang ditinggalkan kawan yang cuti itu dibiarkan. Â Harus ada yang meng-cover untuk menulis berita yang terjadi di sana.