Harus mampir di SPBU daripada motornya mogok. Namun, karena khawatir terlambat, saya memilih jalan terus. Saya teringat, di dekat lokasi janjian, ada SPBU.
"Saya isi bensin di SPBU itu saja. Kan sudah dekat," pikir saya kala itu.
Yang terjadi, semesta seperti hendak menguji ketenangan saya. SPBU yang saya incar itu ternyata ramai. Antrean panjang. Tapi, karean terpaksa, ya harus ikut antre. Daripada nanti membonceng dia malah kehabisan bensin.
Antrean itulah yang membuat saya akhirnya terlambat datang ke lokasi. Telat lima menit bertemu dengannya. Begitu melihatnya, saya tebar senyum. Sampaikan permohonan maaf.Â
Hanya itu yang bisa saya lakukan karena terlambat datang. Maaf dan tersenyum. Tidak perlu beralasan macam-macam. Dan, senyuman manis seperti di foto itu pun merekah.
Saya tahu dia sudah menunggu di sana. Berdiri. Mungkin cukup lama. Karenanya, datang terlambat merupakan sebuah kesalahan.
Untunglah, dia bukan perempuan yang baperan. Usai mengobrol sebentar, kami langsung berkencan di salah satu mal di Malang. Makan bareng. Ngobrol. Dilanjut nonton.
Untunglah, terlambat datang 5 menit itu tidak sampai merusak mood-nya sehingga membuat kencan pertama itu jadi berantakan. Tidak sampai begitu. Kencan pertama yang menyenangkan. Lalu, disambung dengan pertemuan kedua, ketiga, dan seterusnya. Masih di Malang.
Namun, kencan yang pertama itu yang paling diingat. Pernah juga, kehujanan berdua karena mendadak diguyur air dari langit. Terlambat berteduh. Itu juga diingat. Tapi, lupa itu kencan yang nomor keberapa.
Hingga setelah kami menikah dan kini sudah 10 tahun lebih berkeluarga dan dikaruniahi dua bocah, cerita kencan pertama itu melegenda. Ketika bercerita kencan pertama itu, dia langsung nyeletuk. "Terlambat lima menit". Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H