Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ketika Tim-tim Italia Kini Hanya Figuran di Liga Champions

18 Maret 2021   16:34 Diperbarui: 18 Maret 2021   20:51 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tim ibu kota Italia, Lazio bukanlah "pemain penting" di Liga Champions. Sepanjang keikutsertaan mereka di kompetisi sepak bola paling elit di Eropa tersebut, Lazio lebih sering jadi penggembira. Jangankan juara, tampil di babak final saja belum pernah.

Namun, Kamis (18/3) dini hari tadi, Lazio mengemban tugas super berat. Di kaki-kaki pemain Lazio, nama besar Italia di "panggung" Liga Champions dipertaruhkan.

Lazio menjadi satu-satunya wakil Italia yang setidaknya masih punya harapan untuk lolos ke babak perempat final.

Meski, Lazio sejatinya juga setengah sekarat. Bayangkan, mereka harus membalik kekalahan 1-4 saat menghadapi tuan rumah Bayern Munchen di laga leg II babak 16 besar dini hari tadi.

Lazio harus menang empat gol tanpa balas melawan Bayern, juara bertahan yang sedang ganas. Itu jelas misi mustahil dilakukan. Lha wong di Roma saja mereka kalah 1-4.

Bayern Munchen mengalahkan Lazio 2-1 di leg II babak 16 besar Liga Champions, Kamis (18/3) dini hari tadi. Lazio tersingkir. Italia pun tidak punya wakil di perempat final/Foto: https://fcbayern.com/
Bayern Munchen mengalahkan Lazio 2-1 di leg II babak 16 besar Liga Champions, Kamis (18/3) dini hari tadi. Lazio tersingkir. Italia pun tidak punya wakil di perempat final/Foto: https://fcbayern.com/
Yang terjadi, Lazio kembali kalah dari Bayern. Mereka kalah 2-1. Lazio pun tersingkir dengan kekalahan agregat 2-6.

Italia tak punya wakil di perempat final Liga Champions musim ini

Tersingkirnya Lazio membuat Italia dipastikan tidak punya wakil di babak perempat final Liga Champions musim ini.

Sehari sebelumnya, Atalanta yang di Liga Champions musim lalu tampil mengejutkan dengan mampu lolos ke perempat final, tersisih. Atalanta kalah 1-3 dari Real Madrid. Mereka tersingkir dengan agregat 1-4.

Dan, pekan lalu, Juventus lebih dulu tersingkir. Tim yang masih bermimpi bisa kembali juara Liga Champions sejak 1996 ini kalah bersaing dari tim Portugal, FC Porto.

Jauh sebelumnya, Inter Milan, calon juara Liga Serie A Italia musim ini, malah gagal lolos ke babak knock out. Mereka langsung tersingkir di fase grup usai menjadi juru kunci Grup B. Inter kalah bersaing dengan Real Madrid dan Borussia Monchengladbach.

Menengok fakta itu, bila mengibaratkan Liga Champions musim ini seperti film, maka tim-tim Italia hanya menjadi pemain figuran.

Sesuai makna figuran di KBBI, tim-tim Italia ibarat memainkan peran yan tidak berarti dalam film/sandiwara. Mereka hanya muncul sekian menit saja. 

Memang, tidak sekali ini, Italia tak punya wakil di perempat final. Sejak format Liga Champions diterapkan sejak musim 1992/92 (menggantikan European Cup), ini keenam kalinya, perempat final tanpa wakil Italia. Situasi serupa sebelumnya terjadi di musim 2000-01, 2001-02, 2008-09, 2013-14 dan 2015-16.

Ini sekaligus menjadi pertanda, betapa Liga Serie A Italia kini semakin tertinggal dari Liga Premier League Inggris. Bahkan juga tertinggal dari Bundesliga Jerman. Tertinggal dalam konteks konsistensi penampilan tim mereka di Liga Champions.

Kita tahu, Inggris memiliki wakil tiga tim di perempat final. Dini hari tadi, Chelsea menyusul Liverpool dan Manchester City usai mengalahkan Atletico Madrid 2-0.

Sementara Jerman memiliki dua wakil. Yakni Bayern Munchen dan Borussia Dortmund. Tiga wakil lainnya dibagi Spanyol, Prancis, dan Portugal yang masing-masing memiliki satu wakil, yakni Real Madrid, Paris Saint Germain (PSG), dan FC Porto.

Tim-tim Italia kalah kualitas dan minim pengalaman di laga besar

Apa yang sebenarnya salah dengan tim-tim Italia sehingga jeblok di Liga Champions musim ini?

Padahal, di tiga musim terakhir, Serie A kedatangan Cristiano Ronaldo. Pemain top yang sudah lima kali memenangi trofi Liga Champions ini diharapkan bisa membawa Juve juara.

Yang terjadi, prestasi terbaik Juve bersama Ronaldo di Liga Champions sejauh ini hanyalah menjadi perempat finalis di musim 2018/19. Sementara di dua musim berikutnya, terhenti di babak 16 besar. Termasuk musim ini.

Tapi, menurut saya berlebihan bila menganggap Ronaldo yang kini sudah berusia 36 tahun, seolah bisa sendirian membawa Juve juara Eropa.

Sementara, skuad Juve tidak cukup kuat untuk bersaing di Eropa. Faktanya, selain Ronaldo, Juve tak lagi punya pemain top kelas dunia seperti dulu mereka punya Alessandro Del Piero, Zinedine Zidane, Didier Deschamps, ataupun Pavel Nedved.

Ditambah lagi faktor pelatih. Kita tahu, Andrea Pirlo masih minim pengalaman melatih. Sebab, dia baru melatih tim primavera Juventus, lantas mendadak diangkat sebagai pelatih tim senior.

Selain kualitas, beberapa tim Italia juga masih minim pengalaman di Liga Champions. Utamanya tim-tim newbie seperti Atalanta. Maklum, Italia tidak seperti Inggris atau Spanyol yang wakilnya di Liga Champions cenderung itu-itu saja.

Sementara tim yang punya tradisi main di Liga Champions seperti AC Milan dan AS Roma, dalam beberapa tahun terakhir justru tidak mampu lolos. Musim ini, keduanya "hanya" main di Liga Europa.

Soal minimnya pengalaman ini diakui kapten Lazio, Marco Parolo. Dia menyebut Lazio tersingkir karena kurang pengalaman tampil di pertandingan besar seperti babak 16 besar. Hal itu tercermin saat mereka kalah 1-4 dari Bayern di leg pertama. Kala itu, Parolo dkk membuat beberapa kesalahan.

"Babak 16 besar Liga Champions jelas sebuah 'panggung' yang berbeda. Ketika kami bermain menghadapi tim yang rankingnya di bawah Serie A, kami masih bisa mengontrol emosi dan tidak membuat unforced errors. Tapi level Bayern berbeda," ujar Parolo dikutip dari Football Italia.

Meski mengakui superioritas Bayern, tetapi Parolo mengaku bangga karena Lazio setidaknya tidak tampil memalukan. Mereka bisa mencetak gol dalam dua pertandingan di babak 16 besar.

"Kami membuktikan bisa bermain menghadapi salah satu tim terbaik di dunia," sambung Parolo.

Tim-tim Italia pernah berjaya di Liga Champions

Fans Serie A Italia tentunya merindukan masa-masa kejayaan tim-tim Italia di Liga Champions seperti di era 90-an dan juga awal 2000-an.

Sejarah mencatat, sejak musim 1991/92 hingga 1997/9, tim-tim Italia selalu bisa tampil di final. Dua kali bablas juara. Yakni AC Milan di musim 1993/94 dan Juventus di musim 1995/96.

Lantas di musim 2002/03, bahkan terjadi All Italian Final antara AC Milan melawan Juventus yang dimenangi Milan. Itu satu-satunya final tim sesama Italia di Liga Champions.

Setelah itu, Milan kembali juara di tahun 2007. Lalu, Inter Milan juara di tahun 2010 yang menjadi kali terakhir tim Italia meraih trofi Liga Champions.

Lantas, Juventus dua kali mencicipi final di musim 2014/15 dan 2016/17 tetapi selalu kalah. Takluk 3-1 dari Barcelona dan 4-1 dari Real Madrid.

Lalu, kapan tim-tim Italia bisa kembali berjaya di Liga Champions? Entahlah. Saya bukan penerawang masa depan.

Namun, bila menengok kualtas tim-tim Italia sekarang ini, sepertinya susah untuk melihat tim Serie A juara Liga Champions dalam waktu dekat. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun