Drama mendebarkan tersaji di babak perempat final Toyota Thailand Open 2021 yang digelar di Bangkok, Thailand, Jumat (22/1) malam. Drama yang menentukan nasib tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting.
Memang, Ginting tidak ikut tampil di babak perempat final kemarin. Dia sudah tersingkir di putaran kedua, Kamis (21/1). Ginting dikalahkan pemain Hongkong, Lee Cheuk Yiu alias LCY.
Namun, saat LCY menghadapi pemain senior Denmark, Hans-Kristian Solberg Vittinghus di perempat final tadi malam, nasib Ginting ikut dipertaruhkan.
Lolos tidaknya Ginting ke putaran final BWF World Tour ditentukan dari pertandingan ini. Karena alasan itu, pertandingan ini sangat mendebarkan bagi pecinta bulutangkis Indonesia.
Andai Vittinghus yang menang, maka Ginting akan bisa lolos ke BWF World Tour Finals yang digelar pekan depan di Bangkok. Namun, bila LCY yang menang, maka LCY-lah yang lolos. Bukan Ginting.
Sekadar informasi, sesuai namanya, BWF World Tour Finals merupakan putaran final dari gelaran turnamen BWF selama setahun.
Dari lima sektor akan diambil delapan pemain/pasangan dengan raihan poin tertinggi yang didapat dari rangkaian turnamen BWF selama kalender setahun.
Biasanya, BWF World Tour Finals digelar akhir tahun. Namun, karena adanya pandemi, maka turnamen final tersebut digelar Januari ini. Sama seperti Thailand Open yang merupakan turnamen pengganti BWF Super 1000 di tahun 2020.
Semesta mendukung Ginting lolos ke putaran final BWF World Tour
Kembali ke Ginting, dari delapan slot tunggal putra yang lolo ke BWF World Tour Finals, tujuh lainnya sudah lolos. Tersisa satu tempat. Dan itu diperebutkan Ginting dan LCY. Juga pemain India, Sameer Verma.
Sebenarnya, secara poin, pemain Denmark, Marcus Gemke bisa lolos. Namun, karena di World Tour Finals dibatasi hanya ada dua pemain senegara, Gemke tidak lolos. Sebab, sudah ada Anders Antonsen dan Viktor Axelsen yang poinnya lebih tinggi.
Nah, karena Ginting sudah out, maka LCY dan Sameer Verma-lah yang lebih berpeluang. Andai keduanya menang, mereka berpeluang. Ginting hanya tinggal berharap keduanya kalah.
Sameer Verma bermain lebih dulu. Dia bermain melawan Anders Antonsen. Kalah 13-21 di game pertama, Verma menang tipis 21-19 di game kedua. Artinya, laga dilanjut ke game penentuan.
Game ketiga ini berjalan menegangkan. Verma tampil apik. Dia sangat ingin menang. Pemenang ditentukan lewat setting point (istilah dulu deuce). Akhirnya, Antonsen menang 22-20.
Antonsen yang merupakan unggulan 3 di turnamen ini, butuh waktu 1 jam 21 menit untuk mengalahkan Verma. Dan itu menjadi pertandingan paling lama di perempat final.
Kemenangan Antonsen disambut gembira badminton lovers (BL) Indonesia. Di kolom komentar akun bwf.official dan badmintour_com, ada banyak BL Indonesia yang mengomentari kemenangan Antonsen.
Tentu saja, komentar para BL itu dikaitkan dengan peluang Ginting ke BWf World Tour Finals. Mereka tinggal menunggu laga Hans vs LCY.
Duel Vittinghus vs LCY berlangsung dramatis
Dan, sekira satu jam kemudian, pertandingan yang ditunggu itupun tiba, Vittinghus vs Lee Cheuk Yiu. Pertandingan berjalan alot. LCY memenangi game pertama dengan skor ketat 22-20.
Di game kedua, Vittinghus tampil lepas. Dia menang dengan skor lumayan telak 21-12. Penentuan pemenang pun ditentukan di game ketiga.
Game ketiga berlangsung ketat. Poin kedua pemain saling berkejaran. Hingga ketika poin mereka sama, 19-19, drama tersaji.
LCY berkesempatan melakukan service. Vittinghus mengangkat shuttlecock pelan ke depan net. LCY yang telat membaca arah cock, berusaha mengangkatnya. Namun, Vittinghus sudah siap di depan net dan langsung menghujamkan cock ke lapangan LCY.
Masalahnya, ketika Vittinghus menyambar cock, muncul kontroversi. LCY menganggap raket Vittinghus menyentuh net yang berarti foul dan poin untuknya. Dia pun mengajukan protes ke empire.
Namun, empire menganggap cock-lah yang menyentuh net. Bukan raket. Empire sampai harus menenangkan LCY, "Its the shuttle, Lee come here". Kecewa, LCY lantas rebahan di lapangan.
Laga berlanjut, 20-19. Winning point untuk Vittinghus. Dia melakukan service. LCY belum menyerah. Dua kali dia melakukan smash ke posisi sulit tapi bisa dikembalikan Vittinghus.
Hingga, smash ketiga, cock dikembalikan Vittinghus ke depan net di poin sebelumnya. LCY berupaya mengejarnya. Shuttlecock berhasil diangkat. Tapi keluar. Vittinghus pun menang 21-19.
Kesal, LCY membanting raketnya di depan empire. Sementara Vittinghus berteriak merayakan kemenangannya. Ginting pun lolos ke BWF World Tour Finals.
Karma untuk LCY
Merespons kontroversi di pertandingan tersebut, para BL Indonesia memunculkan satu kata: karma. BL menganggap kekalahan LCY itu merupakan karma baginya. Memangnya ada apa?
Ya, momen dramatis Vittinghus vs LCY itu mengingatkan kita pada pertandingan final Hongkong Open 2019 antara LCY menghadapi Ginting.
Final itu juga berlangsung rubber game. Ginting menang 21-16 di game pertama. Lantas, kalah 10-21 di game kedua. Drama terjadi di momen penentuan game ketiga.
Ginting sempat unggul 20-19 dan berpeluang mendapatkan winning point tapi lantas disamakan 20-20. LCY lantas berbalik unggul 21-20.
LCY lalu melakukan service. Setelah beberapa kali beradu pukulan, Ginting melakukan drop shot tipis di depan net. LCY mengangkat shuttlecock lantas disambar Ginting. Masuk.
Namun, empire menganggap raket Ginting menyentuh net sehingga dinyatakan foult. Artinya, poin untuk LCY dan dia pun juara. LCY merayakannya dengan sangat emosional di depan Ginting karena itu gelar pertamanya.
Para BL Indonesia kala itu menganggap, shuttlecock-lah yang menyentuh net. Tapi mungkin LCY beruntung karena dia pemain tuan rumah dan didukung suporter tuan rumah.
Bila dibandingkan dengan laga tadi malam, kekalahan LCY dari Vittinghus tadi malam sebenarnya "tidak ada apa-apanya" dibandingkan kekalahan Ginting.
Sebab, LCY masih punya kesempatan untuk menyamakan skor 20-20 dan memaksakan setting point. Sementara Ginting, poin kontroversial itu membuatnya kalah di final. Dia kehilangan peluang juara.
Nah, yang harus diteladani dari Ginting--termasuk LCY juga harus belajar darinya--adalah cara merespons keputusan kontroversial itu.
Di final Hongkong Open 2019, Ginting meskipun kecewa, sekadar melakukan protes seperlunya ke wasit. Dia tidak marah lantas membanting raket seperti LCY tadi malam.
Bahkan, ketika Ginting dikalahkan LCY di putaran kedua Thailand Open Kamis lalu, dia bisa legowo. Ginting malah memuji penampilan LCY.
Dilansir dari badmintalk_com, Ginting berujar begini, "Lawan saya bermain sangat baik hari ini. Dia bermain lebih baik dari saya. Lee mengendalikan permainan tadi. Di game terakhir dia bermain lebih banyak menyerang dan dia bermain lebih baik dari saya hari ini".
LCY perlu meneladani sikap gentle Ginting. Jangan ketika menang dan diuntungkan oleh keputusan kontroversial, dia gembiranya bukan main sampai lupa berempati kepada lawan.
Tapi, ketika LCY yang dirugikan oleh keputusan kontroversial, dirinya malah ngamuk sampai membanting raket. Tetapi memang, BL menganggap LCY ini kurang punya attitude bagus.
Pada akhirnya, selamat untuk Vittinghus yang melangkah ke semifinal Thailand Open. Namanya jadi terkenal. Para BL Indonesia memanggilnya Pak Hans. Mereka berencana memberi hadiah mie instant untuk Pak Hans.
Selamat untuk Ginting yang akhirnya lolos ke BWF World Tour Finals. Dia menjadi satu-satunya wakil Indonesia di sektor tunggal putra. Dan itu akan menjadi penampilan ketiga Ginting di BWf World Tour Finals.
Semoga, Ginting tampil lebih apik di putaran final nanti. Semoga dia bisa juara. Salam bulutangkis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H