Ambil contoh Padi. Di album kompilasi itu, Padi mengusung lagu 'Sobat'. Lagu yang langsung musiknya langsung menghentak di awal inilah yang menjadi perkenalan Padi dengan penikmat musik di tanah air. Lantas, setahun berikutnya, tahun 1999, Padi masuk dapur rekaman sendiri.
Padi meluncurkan album pertamanya, "Lain Dunia" dengan lagu-lagu andalan seperti 'Sudahlah', 'Begitu Indah', 'Mahadewi', 'Seperti Kekasihku'. Termasuk lagu 'Sobat' itu.
Dulu, hampir setiap hari, lagu-lagu Padi itu diputar di siaran radio. Termasuk juga acara musik di TV. Di radio, lagu-lagu Padi wara-wiri memuncaki puncak tangga lagu acara musik.
Album pertama Padi ini terjual sekitar 800 ribu kopi. Angka penjualan yang terbilang bagus bagi sebuah band pendatang di akhir tahun 90-an.
Tetapi yang jelas, penikmat lagu-lagu mereka tidak hanya 800 ribu. Tapi jutaan. Lha wong hingga kini, lagu-lagu di album pertama Padi itu masih enak didengar.
Band Cokelat pun begitu. Usai mengenalkan lagu "Bunga Tidur" di Album Indie Ten, Cokelat lantas meluncukan album pertamanya "Untuk Bintang". Beberapa lagu hits mereka di album perdana ini ada 'Pergi!', 'Dendam', 'Untuk Bintang'. Juga lagu 'Bunga Tidur' yang mereka usung di album Indie Ten. Semuanya enak didengar.
Begitu pula dengan band Wong yang 'meledak' lewat lagu "Tak Ingin" dan "Jangan Lagi". Bagaimana dengan Caffeine?
Penggemar musik 90-an pasti tidak akan lupa dengan lagu-lagu Caffeine seperti  Kau Yang T'lah Pergi, Hidupku Kan Damaikan Hatimu, juga Tiara. Itu lagu-lagu andalan band asal Bandung ini.
Asyiknya Musik Era 90s, Tak Hanya Didengar Tapi Dimainkan
Dari situ, mudah menyimpulkan bahwa album Indie Ten itu memang keren. Sebab, ia menjadi cikal bakal kelahiran band-band yang lantas mampu mewarnai musik Indonesia dalam beberapa tahun setelahnya.
Tiga tahun kemudian, juga muncul album Indie Ten 2 dengan beberapa band seperti Es Nanas dan Minoru. Namun, pamor album kedua ini bisa dibilang tidak semegah album pertama.