"Di dunia ini manusia bukan berduyun-duyun lahir dan berduyun-duyun pula kembali pulang. Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi".
Pengarang besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, punya cita rasa tinggi dalam menggambarkan siklus datang dan pergi dalam kehidupan manusia. Eyang Pram mengisahkan siklus datang dan pergi itu seperti kehidupan di pasar malam yang ia tuliskan dalam novel "Bukan Pasar Malam".
Jika dihitung dari masa "kelahirannya" di tahun 1951 dan telah diterbitkan dalam enam bahasa, termasuk dalam bahasa Inggris berjudul "It's Not an All Night Fair", maka novel ini sudah berusia 69 tahun. Â
Selama itu, beberapa kutipan dalam "Bukan Pasar Malam" itu relevan untuk mewakili situasi 'datang dan pergi' yang kita alami. Termasuk mereka yang datang dan pergi di sepak bola.
Di penghujung kompetisi liga sepak bola Eropa seperti ini, nuansa kehidupan seperti pasar malam yang digambarkan oleh Eyang Pramoedya itu sangat terasa. Bahwa, seorang-seorang (pemain) datang dan seorang-seorang mereka pergi.
Situasi itu juga dialami oleh klub juara Liga Inggris 2019/20, Liverpool. Memang, belum jelas, siapa saja pemain baru, apalagi yang berstatus 'bintang' yang akan datang ke Liverpool. Tetapi, siapa yang pergi, sudah diketahui.
Liverpool telah mengumumkan melepas gelandang asal Inggris, Adam Lallana dan bek tengah asal Kroasia, Dejan Lovren. Keduanya bahkan sudah mendapatkan klub baru.
Lallana (32 tahun) sudah resmi bergabung dengan klub Premier League, Brighton & Hove Albion yang musim ini selamat dari degradasi. Sementara Lovren mencari petualangan baru dengan bermain di Liga Rusia di klub Zenit St Petersburg.
Kisah bromance haru Henderson-Lallana
Di sepak bola, kepergian pemain dari klub lamanya kemudian bergabung ke klub baru, merupakan hal yang biasa terjadi. Dari zamannya Maradona juga sudah begitu. Namun, setiap pemain punya cerita berbeda. Begitu juga kepergian Lallana dan Lovren dari Liverpool.
Enam tahun bermain di Liverpool, Lallana dan Lovren jelas punya cerita panjang. Mereka bahkan sedikit pemain yang merasakan 'rasa' Liverpool sebelum era Jurgen Klopp pada 2015.