Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menengok Perjuangan Anak-anak Desa demi Bisa Belajar Daring

20 Juli 2020   09:50 Diperbarui: 20 Juli 2020   21:31 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar daring (KOMPAS.com/RENI SUSANTI)

Tidak pernah terlintas dalam pikiran Hanif (13 tahun), dirinya akan berangkat sekolah bersama ibunya. Maklum, ibunya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART), harus berangkat pagi ke rumah majikannya. Terkadang bahkan sudah berangkat sebelum dirinya pergi ke sekolah.

Sejak dulu, anak yatim ini sudah terbiasa berangkat ke sekolah sendirian. Mengayuh sepedanya. Begitu juga di tahun ini, ketika dirinya menjadi murid baru di sebuah SMP negeri di Sidoarjo. Dia bertekad mengayuh sepedanya ke sekolah barunya yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dari rumahnya.

Namun, selama sepekan kemarin, Hanif merasakan pengalaman baru yang belum pernah ia rasakan sepanjang bersekolah. Di hari pertama sekolah, dia malah menemani ibunya bekerja. Bukan untuk bekerja membantu tugas-tugas ibunya sebagai ART di sebuah perumahan. Tetapi untuk 'sekolah daring' di tempat ibunya bekerja.

Seorang anak belajar secara daring dari rumah. Tidak semua anak bisa dengan mudah belajar daring. Bagi anak-anak yang tidak memiliki gawai ataupun mereka yang tidak memiliki jaringan internet di rumahnya, belajar daring menjadi kendala. Butu solusi bersama dari pemerintah dan para pengajar/Foto ilustrasi: Republika
Seorang anak belajar secara daring dari rumah. Tidak semua anak bisa dengan mudah belajar daring. Bagi anak-anak yang tidak memiliki gawai ataupun mereka yang tidak memiliki jaringan internet di rumahnya, belajar daring menjadi kendala. Butu solusi bersama dari pemerintah dan para pengajar/Foto ilustrasi: Republika
Pasalnya, di rumahnya yang sederhana, dia tidak bisa mendapatkan akses jaringan internet untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring yang menjadi kebijakan pemerintah selama masa pandemi Covid-19 ini. Terlebih, Sidoarjo masih masuk wilayah zona merah. 

Bagi Hanif dan keluarganya, memasang jaringan internet di rumah pada masa sulit seperti sekarang, bak menjadi kemewahan yang tidak terjangkau. Bersama ibunya, dia tinggal serumah dengan kakeknya yang sehari-hari bekerja demi nafkah secukupnya. Mereka menempati sebuah rumah kontrakan sederhana yang berada di tepian sawah.

Hanif tidak memiliki gawai (handphone). Apalagi laptop. Satu-satunya gawai adalah kepunyaan ibunya. Karenanya, dia ikut ibunya bekerja agar bisa belajar daring.  Rutinitas menemani ibunya bekerja sembari belajar daring melalui aplikasi Zoom itulah yang ia jalani selama masa-masa awal tahun ajaran baru 2020 ini.

Beruntung, ibunya memiliki majikan yang baik hati. Sang majikan mengizinkan Hanif untuk belajar daring di rumahnya dengan memaksimalkan jaringan wifi yang ada. Toh, belajarnya tidak lama. Kurang lebih 3 jam saja.

Padahal, jauh-jauh pekan sebelumnya, ketika dirinya diterima di SMP negeri, dia tidak sabar untuk merasakan pengalaman hari pertama masuk sekolah dan bertemu teman-teman baru. Dia mengaku mendapatkan cerita seru dari kakaknya yang tahun ini memulai pengalaman baru di SMA. 

"Ya maunya masuk ke sekolah mas, seru bertemu teman-teman baru. Tapi karena untuk sementara disuruh belajar dari rumah ya dijalani saja. Semoga coronanya segera hilang agar bisa kembali sekolah," ujar Hanif.

Mencari "wi-fi gratis" di warung kopi

Lain lagi cerita Alisa. Sama seperti Hanif, dia juga sempat kesulitan mengikuti pembelajaran secara daring karena tidak memiliki jaringan internet di rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun