Siapa sih yang tidak ingin bekerja di perusahaan ataupun instansi ternama dengan tawaran gaji besar? Rasanya, ada banyak yang menginginkannya.Â
Sebab, semua orang tentu berharap memiliki jaminan kesejahteraan di masa depan. Tak hanya bagi dirinya, tetapi juga agar "asap dapur di rumah tetap mengebul" tanpa henti.
Bahkan, bilapun bekerja di tempat kerja keren dengan gaji gede itu hanya sebatas mimpi, banyak orang juga ingin merasakannya. Meski, semuanya akan lenyap ketika terbangun. Lha wong itu hanya mimpi. Tapi minimal pernah membayangkan enaknya.
Namun, seenak-enaknya bekerja di tempat kerja impian, selalu ada risiko yang mengintai kita. Risiko yang mungkin sama sekali tidak terduga.Â
Tidak ada yang bisa menduga semisal tiba-tiba perusahaan tersebut oleng finansialnya, lantas melakukan pemutusan hubungan kerja massal (PHK). Dan, sampean (Anda) termasuk yang mendapat "surat cinta" PHK tersebut.
Selain risiko, hidup juga acapkali memunculkan pilihan-pilihan tak terduga. Semisal ketika tiba-tiba dirotasi perusahaan ke luar pulau sehingga jauh dari keluarga.Â
Sementara istri dalam kondisi sakit dan butuh pengobatan teratur, serta anak-anak juga baru masuk sekolah. Kenyataan seperti itu bisa menjadi pilihan sulit. Antara memilih tempat kerja atau keluarga.
Kisah melankoli seperti itu yang tengah dirasakan pesepak bola asal Belgia, Radja Nainggolan, di awal kompetisi musim 2019/2020 ini. Nainggolan yang musim lalu bekerja di salah satu "perusahaan besar" di Italia bernama Inter Milan, harus mendapati kenyataan pahit. Ia mendapatkan surat pemberitahuan PHK.
Surat pemecatan tidak langsung itu muncul ketika pelatih anyar Inter, Antonio Conte menyebut Nainggolan tidak akan masuk dalam skema rencananya di kompetisi musim 2019/2020.Â
Cedera dan penampilan tidak konsisten di musim lalu, menjadi nilai merah bagi Nainggolan. Terlebih, usianya tidak lagi muda untuk ukuran pesepak bola masa kini. Dia kini berusia 31 tahun.
Di-PHK Inter Milan, Nainggolan pindah ke "perusahaan kecil" bernama Cagliari
Dalam sepak bola, pernyataan "tidak masuk skema pelatih" seperti itu, sama saja dengan mengusir secara halus. Pilihannya hanya dua. Bila mau tetap bertahan, harus bersiap menghabiskan musim kompetisi di bangku cadangan.Â